Tags : puisi

Nazik al-Mala’ikah, Perintis Puisi Bebas Arab

HIDAYATUNA.COM – Di tanah padang pasir, puisi jadi tradisi yang telah mengakar kuat. Puisi digemakan dari generasi ke generasi. Sekian nama menterang perpuisian muncul dari tanah padang pasir, Arab. Bahkan sekian nabi yang diutus menyebarkan wahyu kepada umat manusia, di masa silam, pernah peroleh tandingan dari para penyair melalui puisi-puisinya. Kendati upaya tandingan ini gagal, […]Read More

PUISI QURBAN GUS MUS

Oleh : Gus Mus (KH. Ahmad Mustofa Bisri) disanabarangkali ibrahim, hajar, dan ismail pun mengawasilautan kafan kepasrahan berputar-putar mengitari titik bumiallahu akbar!meluap-luap di pelataran sucimencoba menyapu sampai dalam diriselama iniallahu akbar! menderas arus berkejar-kejaranputar-balik antara bukit shafa dan marwahmeyakinkan diri akan penerimaansebelum tumpah menutup padang arafah yang ramahallahu akbar!meluber ke muzdalifah membanjirimina yang menyerahallahu akbar! […]Read More

Puisi Selendang Sulaiman; Haji Sayuri

Haji Sayuri Haji Sayuri, sosok legendaris di kalangan kamiHumoris, murah senyum, dan begitu sederhanaKami pun tahu filosofi hidupnya yang sejatiSepulang ia dari tanah suci, dari kota nabi “Dalam hidup, aku hanya mencari barokah,”Ucapnya pada Jumat Berkah yang disyukuriDengan senyum khas tak terlupakanDengan humor dahsyat menggetarkan Haji Sayuri, jauh lebih tua dari kamiTapi jiwanya semuda jiwa-jiwa […]Read More

Doa Hanya Menjadi Ritus Ala Kadarnya

Oleh: Ana Zakiyah Darajat Betapa hidup tinggal peduli Pada siapa yang menjegal Tanpa melihat yang tersunjam Sementara yang kuasa Tak sepenuhnya berkuasa Yang tertinggal di masa kanak-kanakku Barangkali darah-darah nyinyir Diantara sengketa ketika hari hampir habis Lalu doa hanya menjadi ritus ala kadarnya Perempuan-perempuan kecil meringkik Menerka-nerka kemana angin akan membawa dedaunan pergi Yang tertinggal […]Read More

Nasihat Ramadhan (Buat Mustofa Bisri)

Oleh: KH A Mustofa Bisri Mustofa, Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang menggerakkan lidahmu begitu. Mustofa, Ramadlah adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya kepadamu. Semua […]Read More

Ibu Mana yang Tak Surga

Oleh: Abdullah Hadani*             :Kepada Ibu dan engkau yang akan menjadi Ibu Kepadamu Ibu Aku ingin bercerita perihal sejuk dan rimbun kasih sayangmu Melalui tawa riang dan rengek manja anak-anak kecil Semua orang sudah wajib tahu Bu Bahwa kasihmu tak habis dilahap rentang waktu dan getir usia Kepadamu Ibu Engkau pasti tak lupa, bagaimana masa […]Read More

Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat

Oleh: KH A Mustofa Bisri Kalau kau sibuk berteori saja Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori? Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja Kapan kau memanfaatkannya? Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja Kapan kau sempat menikmati hidup? Kalau kau sibuk menikmati hidup saja Kapan kau hidup? Kalau kau sibuk dengan kursimu saja Kapan kau sempat […]Read More

Ibuku Mendaki Badai

Karya: Ebidah El Kholieqy Ibuku melahirkan seribu raja seribu maut memanah jantungnya tak habis-habis semerbak mawar di bibirnya ditaburi seladang damba terbangun di tengah doa raja-raja bertahta dalam kuasa memetik kuntum demi kuntum nirwana merajalela dalam lapar dahaga merampoki piala wajah-wajah renta Ibuku mendaki badai membeli kelahiranku dengan maut dan laki-laki menjual kehidupannya demi sepotong […]Read More