Kisah tentang Seorang Guru yang Pernah Berbuat Salah

Kisah tentang Seorang Guru yang Pernah Berbuat Salah (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Salah satu Kyai saya yang sangat saya hormati, saya idolakan dan saya impikan agar nanti di akhirat saya bisa berbaris di belakangnya.
Dulu pernah menyampaikan bahwa menurutnya bumi ini datar, berdasarkan keterangan di beberapa tafsir klasik.
Saya ditanya oleh kawan perihal itu, lalu saya jawab bahwa pendapat beliau adalah salah.
Yang benar bumi ini bulat sebagaimana sudah maklum bagi semua yang belajar IPA.
Mengatakan guru kita salah bukanlah selalu bermakna aib, dan bukan berarti bahwa kita merendahkannya.
Imam Syafi’i sering menyalahkan pendapat Imam Malik mau pun Imam Muhammad Syaibani yang notabene gurunya.
Imam Ahmad juga sering menyalahkan pendapat Imam Syafi’i, gurunya. Selama ada dalil dan bukti bahwa itu memang diyakini salah, maka mengatakan guru salah hanya berarti berbeda pendapat, bukan berarti menghina.
Justru ini artinya si murid masih memanusiakan gurunya, tidak ghuluw hingga memakshumkan sehingga jatuh pada larangan Nabi.
Demikian juga ketika seorang tokoh Wahabi-Taymiy berkata bahwa Syaikh Ibnu Taymiyah jauh lebih alim daripada Imam empat.
Atau ketika Habib Musa Kadzim berkata bahwa Habib Ahmad bin Zein secara bathin sudah lebih tinggi dari Imam Syafi’i meski dhahir-nya setara.
Maka bagi murid atau pengikutnya tidak masalah mengatakan bahwa itu salah.
Sulit sekali membayangkan ada orang belakangan yang bisa setara apalagi melampaui Imam Syafi’i yang diisyaratkan dalam sebuah hadis sebagai alim Quraisy yang ilmunya memenuhi dunia.
Kehebatan dan ketinggian maqam Imam Syafi’i secara dhahir maupun bathin tidak perlu diceritakan lagi sebab nama Syafi’i saja sudah cukup sebagai jaminan.
Seperti ditekankan dalam sajak indah Imam Muzani yang berguru kepadanya:
وكفى الشافعي مدحا أنه الشافعي
Cukuplah Imam Syafi’i terpuji bahwa dia adalah seorang Syafi’i
وكفى(الرسالة) تقريظا أنها تأليف الشافعي
Dan cukup pengakuan terhadap kitab Risalah bahwa ia adalah karangan Syafi’i
وكفاني فخرا أن أنشر بين الناس علم الشافعي
Dan cukuplah menjadi kebanggaan bagiku untuk menyebarkan ilmu Syafi’i. []