Menapaki Jejak Pemikiran Revolusioner Ali Syari’ati (2)

 Menapaki Jejak Pemikiran Revolusioner Ali Syari’ati (2)

Ali Syari’ati dan Pemikirannya (Foto/Ist)

HIDAYATUNA.COM – Latar belakang kehidupan dan kondisi sosial-politik yang dihadapi etiap pemikir menjadi alasan tersendiri untuk melahirkan sebuah pemikiran maupun karya-karya tertentu. Sebagaimana juga terlihat dari pemikiran Ali Syari’ati.

Berikut adalah beberapa pengejawentahan pemikiran revolusioner Ali Syari’ati dalam menjawab kondisi di zamannya:

Konsep Teologi Sosial

Konsep teologi sosial Syari’ati didasari dari hubungan ketersalingan yang merupakan prinsip umum dalam Islam, yaitu hubungan antara Tuhan, manusia dan alam. Harmoni pada tiga unsur tersebut bagi Syari’ati bisa terwujud dengan adanya prinsip ber-tauhid.

Secara singkat gambaran tentang perwujudan harmoni dari prinsip tauhid menurut Syari’ati adalah pandangan tentang ke-esa-an. Dengan adanya pengakuan tentang ke-esa-an tentu menghapus pandangan tentang dualism atau syirik.

Pandangan tentang dualisme tersebut kemudian oleh Syari’ati ditarik ke dalam realitas sosial, bahwa syirik merupakan bentuk pandangan mendua (dualism) seperti pandangan tentang Islam dan non-Islam, Barat dan Timur, dan sebagainya.

Pandangan mendua menurut Syari’ati menajdi penyebab kehidupan yang tidak harmonis. Oleh karenanya harus memegang prinsip tauhid.

Dengan adanya prinsip tauhid seseorang akan memandang sesuatu pada satu definisi bahwa baik Islam maupun non-Islam, dan Barat atau Timur semua berada dalam satu narasi yaitu umat manusia. Sehingga tidak perlu dibeda-bedakan, karena pembedaan hanya akan menimbulkan praktik-praktik diskriminasi.

Gagasan Wujud Masyarakat Ideal

Gagasan tentang wujud masyarakat ideal dalam tatanan hubungan ummat, imam dan illahi. Bagi Syari’ati ummat merupakan sekelompok masyarakat yang mengamalkan etika beragama sebagaimana dalam ajaran wahyu yang dibawah oleh Imam yaitu Nabi Muhammad SAW.

Adaun orientasi utama dari ajaran Imam (Nabi Muhammad SAW) adalah mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat sesuai nilai, norma dan etika yang ada dalam syari’at sebagai ajaran dari Yang Illahi.

Tidak hanya itu, dalam mendalami Ilmu Sosiologi Agama Syari’ati juga berpijak dengan tiga elemen tersebut. Juga, berpijak pada dua rujukan dan pegangan penting dalam mengatur hidup umat Islam yaitu Alquran dan Hadis.

Ketiga, pengakuan terhadap eksistensi sejarah. Bagi Syari’ati sejarah mempunyai muatan nilai yang besar sebagai bahan pelajaran dan pijakan masyarakat untuk mengatur dan mewujudkan masa depan yang lebih baik.

Keempat, revolusi dan kekuatan massa. Dalam pandangan Syari’ati massa (dalam hal ini merujuk pada pengertian ummat) mempunyai kekuatan untuk melakukan revolusi. Namun selama ini kekuatan massa sering diremehkan dan ditutupi oleh kekuatan elite sehingga gaungnya seakan tidak terdengar.

Adapun revolusi yang Syari’ati maksudkan adalah mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Jejak-Jejak Pemikiran Revolusioner

1. Memadukan Ajaran Islam dengan Perkembangan Keilmuan Modern

Dalam hal keilmuan dari dunia Barat, Syari’ati banyak mengadopsi tentang perspektif dalam Ilmu Sosiologi. Meskipun Syari’ati mengakui keunggulan pemikiran modern dari dunia Barat, tetapi tidak serta merta ia setuju dengan apa-apa yang datang dari Barat.

Sebab Syari’ati tetap saja mengemukakan kritik bahwa ada ketidak konsistenan dari cara berpikir di dunia Barat. Dalam hal ini, titik tekan kritik Syari’ati adalah pada praktik kehidupan agama di Barat.

Praktik yang masih mengandung syirik dan kritik perjuangan, serta pengakuan Barat terhadap hak-hak umat manusia. Akan tetapi nyatanya banyak praktik penjajahan dan kolonialisme yang dilakukan oleh orang-orang Eropa.

2. Cita-cita dan Harapan

Cita-cita dan harapan tentang tatanan kehidupan yang setara (egaliter), tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama serta budaya. Pandangan Syari’ati tentang konsep kesetaraan diilhami oleh susunan dalam Kalam Allah yang termaktub dalam susunan ayat dalam Alquran.

Dalam Alquran ayat pembukaan menggunakan kalimat bismillahirrahmanirrahiim yang berarti pengagungan terhadap konsep keesaan (tauhid) Allah. Adapun dalam ayat terakhir ditutup dengan pengakuan terhadap eksistensi manusia.

Dari susunan yang tertera dari pembukaan serta penutup dalam ayat Alquran Syari’ati mengemukakan tentang kebenaran tentang wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW mengenai ajaran tauhid  kebenaran konsep teologi dalam Islam, yaitu tauhid.

Pengakuan terhadap eksistensi manusia di ayat penutup Alquran bagi Syari’ati menggambarkan tentang keragaman kehidupan manusia yang sudah menjadi keniscayaan dan harus diterima serta diwujudkan dalam hubungan atau relasi yang setara. Tanpa kolonialisme, tanpa pembedaan (diskriminasi).

3. Pengakuan Terhadap Dimensi Pengetahuan yang Bersumber dari Intuisi

Pengetahuan intuitif yang dimaksudkan Syari’ati adalah tentang hikmah. Bagi Syari’ati hikmah juga mempunyai peran penting dalam membentuk pemahaman manusia tentang kebenaran.

Meskipun dalam kacamata ilmu modern hikmah dianggap tidak memenuhi standar ilmiah dalam prasyarat bisa disebut sebagai pengetahuan. Namun, Syari’ati menekankan pada pesan yang ingin disampaikan bahwa “dari mana pun sumber pengetahuan yang seseorang dapatkan, asal bisa menuntunnya pada tindak kebenaran hal itu bisa dianggap sebagai pengetahuan”.

4. Kritik Terhadap Elite Agama

Dalam hal ini kritik Syari’ati ditujukan terhadap Ulama Syi’ah kala itu. Ia menganggap menggunakan kedudukan dan status sebagai ulama untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri yaitu berburu kekuasaan.

Hal ini Syari’ati anggap telah keluar dari spirit kepemimpinan sebagaimana dalam Islam.

5. Merekonstruksi Makna Mujahid

Syari’ati mendeklarasikan komitmennya sebagai mujahid. Namun pengertian mujahid bagi Syari’ati berbeda dengan makna melakukan peperangan berupa genjatan senjata atau sebagainya.

Bagi Syari’ati menjadi mujahid adalah mempunyai kesadaran dan kepekaan dengan berbagai isu (sosial, politik, budaya,dsb) yang ada di masyarakat serta mempunyai komitmen untuk mencari solusi dan membumi hanguskan permasalahan diskriminasi.

Prinsip komitmen sosial Syari’ati kemudian dirangkum dalam sebuah selogan yang berbunyi “dari teori ke realitas” dan “dari orisinalitas ke kreativitas”.

Poin penting yang bisa diambil sebagai inspirasi dari pemikiran revolusioner ala Ali Syari’ati adalah pandangan dan komitmennya untuk tetap memgenag teguh ajaran yang bersumber dari Alquran dan Hadis.

Tetapi prinsip yang bersumber dari dua ajaran pokok tersebut harus dikontekstualisasikan dengan kondisi perkembangan dan kebutuhan zaman. Hal ini sebagaimana selogan yang dikumandangkan Syari’ati “dari orisinalitas ke kreativitas”.

Artinya umat Islam harus mengikuti perkembangan zaman tetapi dengan tetap memegang erat prinsip legal-formal yang termaktub dalam Alquran dan Hadis serta aturan dalam Syari’at. Wallahu a’lam bi ash-shawaab.

 

Referensi

Pralhad V Chengte, “The Concept of Revolution”, International Journal of Political Science (IJPS) Volume 2, Issue 4, 2016, PP 34-41, ISSN 2454-9452 http://dx.doi.org/10.20431/2454-9452.0204004 www.arcjournals.org.

Ervand Abrahamian, ‘Ali Shari‘ati: Ideologue of the Iranian Revolution”. Dalam Edmund Burke dan Ira M. Lapidus,ed., Islam, Politic and Social Movement (USA: University of California Press, 1988)

A J Shari’ati, On the Sociology of Islam, Hamid Algar, trans., (USA: Mizan Press Barkeley, 1979).

Mohammad Farooq, “Tribute to Dr. Ali Syari’ati”, SSRN Electronic Journal, September 2000. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/228172588, pada 1 Maret 2021.

 

 

Anas Shoffa’ul Jannah

Santri Pesantren Budaya Nusantara Kaliopak, Piyungan, Yogyakarta. Aktif juga dalam Kajian di Laboratorium Sosiologi Agama (LABSA) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *