Hentikan Tuduhan Kafir, Sesat dan Syi’ah Kepada Sesama Muslim

 Hentikan Tuduhan Kafir, Sesat dan Syi’ah Kepada Sesama Muslim

Strategi Mengontrol Amarah Menurut Al-Qur’an (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Hanya karena tidak sepemahaman dalam hal yang bersifat khilafiyah, sebagian pihak mengatasnamakan agama dengan entengnya melemparkan tudingan sesat, syirik, murtad dan kafir. Anehnya lagi tuduhan itu dilontarkan kepada sesama Muslim.

Contohnya beberapa waktu lalu, salah satu ustad terkemuka, Gus Miftah pun menjadi sasarannya. Ia mendapat cibiran dari netizen hingga ke tuduhan kafir dan sesat setelah menyampaikan orasi kebangsaan didalam gereja.

Tak elok rasanya, berperilaku demikian, terlebih kepada sesama Muslim. Pasalnya, manusia telah diberikan akal oleh Allah SWT. untuk berpikir, lisan untuk berujar kebaikan dan hati untuk menentukan mana yang baik dan buruk.

Bolehlah kita berbeda paradigma “cara pandang” akan sebuah hukum Islam yang masih bersifat khilafiyah. Akan tetapi tak sepatutnya pula pihak-pihak tersebut mengeluarkan hujjah dan tuduhan hanya karena perbedaan.

Padahal Allah SWT. dan Rasulullah Saw menganjurkan dan mencontohkan, sesama hamba ciptaan-Nya seyogyanya saling mengingatkan bukan malah menghujat. Apalagi sampai memberikan sebutan sesat hingga mudah menuduh seseorang telah syirik dan kafir.

Peringatan Gus Dur Agar Tak Saling Mengkafirkan

Mengingat, syair yang pernah dilantunkan oleh mendiang Gus Dur berjudul “Syi’ir Tanpo Waton” berisi peringatan agar tidak saling mengkafirkan.  Berikut penggalan liriknya yang sesuai dengan fenomena saat ini:

“Akeh kang apal Qur’an Hadise, seneng ngafirke marang liyane. Kafire dewe ndak digateke”. Artinya, “banyak yang hafal Alquran dan Hadis tetapi senang mengkafirkan orang Islam lainnya. Kafirnya sendiri tidak diperhatikan.”

Penggalan dari syi’ir itulah yang mungkin telah mewakili fenomena kali ini, di mana tuduhan kafir, sesat hingga murtad mudah dilontarkan kepada sesama muslim. Dari waktu ke waktu, ujaran semacam ini menjadi kebiasaan bagi kebanyakan orang yang pemikirannya dangkal.

Biasanya kedangkalan pola pikir ini didukung oleh gelapnya hati yang dipenuhi kebencian. Dengan demikian, ia tidak akan bisa menghargai perbedaan dalam kehidupan beragama.

Larangan Mengkafirkan Sesama Muslim

Bukan hanya masyarakat awam, seringkali ‘mengkafir-kafirkan’ sesama Muslim ini juga dialami ulama kita yang telah teruji kealimannya dan kesanadan ilmunya. Teringat saat seorang tokoh ulama besar tafsir asal Indonesia, Prof. Quraish Shihab, ulama tafsir dengan karyanya Tafsir Al-Misbah.

Prof. Quraish Shihab pun tak lepas dari hujatan dan tuduhan Syiah karena hanya memberikan pandangan soal hukum hijab dari beberapa tokoh ulama. Kita analogikan saja bagaimana mungkin seorang ulama kharismatik yang dilimpahi dengan tingkat kealiman yang luar biasa dengan sengaja menghukumi suatu hal sesuai dengan nafsunya.

Beliau hanya menampilkan beberapa pandangan ulama tentang hukum hijab tanpa spesifik mengunggulkan salah satu pendapat. Prof. Quraish Shihab mengungkapkan demikian untuk menunjukkan bahwasannya Islam itu tidak memberatkan karena beragamnya pendapat dari para ulama .

Tuduhan Kafir Kembali ke Penuduh

مَنْ دَعَا رَجُلًا بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوَّ اللَّهِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلَّا حَارَ عَلَيْه

Artinya:  Barangsiapa memanggil seseorang dengan tuduhan kafir atau musuh Allah padahal tudahan tersebut tidak terbukti demikian, maka tuduhan akan kembali kepada penuduh (HR. Imam Bukhari dan Muslim).

Dari hadis diatas, sebenarnya mengkafirkan seseorang tanpa dasar dan sebab yang dapat dibuktikan kebenarannya sangatlah dilarang oleh Allah SWT. dan Rasullah Saw. Di kemudian hari pula, tuduhan semacam itu hanya akan kembali kepada si penuduh.

Dalam pandangan penulis, tuduhan berbentuk apa pun terkhusus tuduhan yang menyangkut dengan istilah sesat, syiah dan kafir yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Ini hanya akan menimbulkan fitnah belaka.

Dilain sisi lain, orang yang berujar demikian hanya akan menerima dosa yang besar dari Allah SWT. Ia akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Naudzubillah.

Memperkuat Ukhuwah Keislaman

Seyogyanya kita sebagai ummat islam haruslah bersatu-padu dalam memahami agama yang rahmat ini secara kaffah. Cobalah untuk menggunakan akal dan nurani dalam memahami suatu fenomena agar terhindar dari pikiran-pikiran negatif terutama yang menyangkut dengan ulama kita.

Memang benar, ulama bisa salah, tetapi sebaik-baiknya umat adalah yang menasihati dan mengingatkan. Bukan malah menghujat, mengkafirkan dan sebagainya kepada siapa pun apalagi sesama Muslim!

Saat kita terlalu ramai saling menyalahkan, hal itulah yang akan membuat Islam sendiri tidak maju. Inilah yang disukai oleh para musuh karena, mereka tidak akan berhenti untuk menghancurkan Islam sehingga dapat menyebabkan perpecahan.

Islam sejatinya agama yang sering merangkul bukan malah memukul. Islam adalah agama yang ramah, bukan yang marah. Islam adalah agama yang suci bukan yang menyebarkan benci.

Seyogyanya sebagai sesama umat Islam, hendaknya kita perkuat tali ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah, ukhuwah wasathiyah, dan ukhuwah wathaniyah. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh para pendahulu, suri tauladan dalam hal beragama. Wallahu’alam.

Hilal Mulki Putra

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *