Ceuta Larang Umat Muslim Rayakan Idul Adha dan Berkurban
HIDAYATUNA.COM – Idul Adha 1441 H/ 2020 M tampaknya menjadi hari Raya Idul Adha untuk pertama kalinya dalam sejarah kota otonom Ceuta, dimana penduduk Muslim Ceuta tidak akan memiliki hak untuk merayakan Idul Adha, atau Hari Raya Kurban, yang akan berlangsung pada 31 Juli mendatang.
Sebelumnya pada perayaan Idul Fitri, Muslim Ceuta telah meminta Maroko untuk membantu mereka setelah pemerintah daerah yang merupakan eksklave milik Spanyol yang terletak di Afrika Utara dekat Selat Gibraltar tersebut melarang perayaan hari raya umat Muslim tersebut.
Dilansir dari Marocco World News, Kamis (30/7/20), pemerintah otonom Ceuta, yang dipimpin oleh Juan Vivas dan sebuah koalisi termasuk partai sayap kanan Spanyol Vox dan Partai Rakyat (PP), menyatakan larangan itu adalah salah satu langkah yang dilakukan untuk membendung penyebaran Covid-19 di kota tersebut.
“Ekspor ternak ke Ceuta telah dibatasi, rumah jagal akan ditutup, tidak ada tenda akan didirikan dan dilarang bagi siapa pun untuk datang ke tempat penyembelihan hewan kurban,” kata Vivas memperingatkan umat Muslim sebelum Idul Adha.
Umat Muslim di Ceuta telah berusaha meenghubungi pemerintah pusat di Madrid dan mencari dukungan dari Komisi Islam Spanyol (CIE). CIE juga telah bernegosiasi dengan pemerintah koalisi Spanyol atas nama populasi Muslim Ceuta, tetapi tidak berhasil.
Muslim Ceuta sekarang beralih meminta Maroko dan Raja Mohammed VI untuk mendukung mereka dan melakukan advokasi. Komunitas Muslim Spanyol (CME) merilis video ke pers dan dengan pesan untuk Maroko.
“Keputusan itu tidak berdasar,” delegasi CME di Ceuta menjelaskan. “Itu bisa digambarkan sebagai rasis di negara non-denominasi dan tidak menghormati hak beribadah.”
Presiden CME di Ceuta Ahmed Subaire meminta atas dasar persaudaraan antara Muslim Ceuta dan Maroko Raja Mohammed VI sebagai pemimpin umat di Maroko untuk meminta bantuan. (AS/Hidayatuna)