Kisah Inspiratif Imam Junaid Al-Baghdadi dengan Muridnya

 Kisah Inspiratif Imam Junaid Al-Baghdadi dengan Muridnya

Kisah Inspiratif Imam Junaid Al-Baghdadi dengan Muridnya (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Telah kita ketahui bersama bahwa kepopuleran Imam Junaid Al-Baghdadi dalam ilmu agama menarik minat banyak orang untuk menjadi pengikut dan murid beliau.

Salah satu muridnya, yang sangat disayangi oleh Imam Junaid Al-Baghdadi, menimbulkan iri di antara murid-murid lainnya. Mereka bingung mengapa perhatian khusus diberikan pada murid itu.

Suatu hari, Imam Junaid Al-Baghdadi memerintahkan murid-muridnya untuk membeli ayam di pasar dan menyembelihnya di tempat tersembunyi sebelum matahari terbenam.

Ketika murid-murid lainnya telah menyelesaikan tugas tersebut, murid kinasih baru datang dengan ayam yang masih hidup, disertai dengan ejekan dari murid-murid lainnya.

Imam Junaid Al-Baghdadi kemudian meminta penjelasan dari setiap murid tentang cara mereka melaksanakan tugas tersebut. Setelah itu, giliran murid Kinasih untuk memberikan penjelasan.

“Baiklah,” kata Imam Junaid Al-Baghdadi.

“Karena sudah berkumpul semua, maka aku ingin bertanya kepada kalian, bagaimanakah cara kalian melaksanakan tugas hari ini?”

“Saya pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu,” kata murid pertama.

“Saya membawa pulang seekor ayam, mengunci rumab, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap dan menyembelihnya di sana,” kata murid kedua.

“Saya pun membawa ayam itu ke kamar gelap, aku juga menutup mataku sendiri. Maka tidak ada yang dapat melibat penyembelihan ayam itu,” kata murid ketiga.

“Saya pergi ke hutan yang lebat dan terpencil setelah membeli ayam itu, lalu memotong ayamnya,” kata murid keempat.

Begitulah, semua murid Imam Junaid Al-Baghdadi sudah memberi penjelasan bagaimana cara mereka melakukan tugas mereka hari ini.

Maka, tibalah giliran murid Kinasih yang tak berhasil memotong ayam.

Ia menundukkan kepalanya, malu karena tidak dapat menjalankan perintah gurunya.

Ia mengakui bahwa tidak bisa melakukan tugas itu karena di mana pun ia pergi, Allah selalu menyaksikannya.

Ini membuat Imam Junaid Al-Baghdadi tersenyum, sementara murid-murid lainnya terkejut karena mereka lupa bahwa Allah Ta’ala selalu melihat segala perbuatan mereka.

“Maafkan saya  wahai guruku, kata murid Kinasih itu.

“Saya tidak dapat melaksanakan tugas yang engkau perintahkan. Saya membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana dia tak melihatku. ”

“Saya pergi ke hutan lehat, tapi dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, dia masih menemaniku. Saya tidak bisa pergi ke tempat di mana tak ada yang melihatku.”

Mereka menyadari bahwa mengklaim telah menyembelih ayam tanpa disaksikan oleh siapapun adalah kebohongan terhadap guru mereka atau penolakan terhadap keberadaan Allah yang selalu memperhatikan segala sesuatu. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *