Kisah Nasruddin Hoja dan Seorang Pemuda Hedonis
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kekayaan sering kali membuat orang terlena, terutama ketika terjerumus dalam sikap hedonis dan konsumerisme yang membuat mereka lupa akan masa depan.
Kebanggaan akan kemewahan bisa menjadikan seseorang tidak hanya miskin secara finansial, tetapi juga secara emosional.
Contohnya adalah seorang pemuda yang mendapat warisan besar dari orangtuanya dan dengan cepat terkenal sebagai orang kaya.
Dia menghabiskan uangnya untuk kesenangan duniawi tanpa memikirkan konsekuensinya.
Banyak orang mendekatinya untuk kepentingan pribadi, berharap bisa turut menikmati kekayaannya.
Pemuda itu bahagia dengan pujian dan perhatian mereka. Namun, ketika uangnya habis, mereka pun meninggalkannya. Dia menjadi miskin dan kesepian.
Ketika dalam kesulitan, dia mendatangi Nasruddin Hoja untuk meminta nasihat.
Hoja menenangkan pemuda tersebut, mengatakan bahwa segalanya akan kembali normal.
Namun, pemuda itu salah tafsir, mengira dia akan kembali menjadi kaya dalam waktu singkat.
Nasruddin Hoja menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah pemuda itu akan terbiasa dengan kemiskinan dan kesendirian.
“Bolehkah aku meminta nasehat dan doamu, wahai Tuan Nasruddin?” kata pemuda itu.
“Ada masalah apa, wahai orang muda?” tanya Nasruddin Hoja.
“Harta benda saya sudah habis,” kata Pemuda itu mengeluh.
“Dan. kawan-kawan saya meninggalkan saya. Apa yang harus saya lakukan, wahai Tuan Nasruddin Hoja?”
“Jangan khawatir,” jawab Nasruddin Hoja. “Segalanya akan kembali normal.”
Pemuda itu gembira bukan main mendengar pernyataan Nasruddin Hoja yang sangat meyakinkan itu.
“Benarkah?” tanya pemuda itu. “Kapan semuanya akan normal kembali?”
“Segera.” Jawab Nasruddin Hoja. “Tunggu saja beberapa hari ini. Kau akan kembali tenang dan bahagia.”
“Jadi saya akan segera kembali kaya?” tanyanya penasaran.
“Bukan begitu maksudku,” kata Nasruddin Hoja. “Kau salah tafsir.”
“Oh, bagaimana maksud Tuan Nasruddin Hoja?” tanya pemuda itu.
“Maksudku, ” jawab Nasruddin Hoja.
“Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kau akan terbiasa menjadi orang yang miskin dan tidak mempunyai teman.”
“Baiklah!” kata pemuda itu menyadari semuanya tidak akan bisa kembali.
Kisah ini mengingatkan bahwa harta yang mudah didapat seringkali juga mudah hilang, kecuali jika kita merawat dan mengelolanya dengan bijak.
Kekayaan warisan dapat membuat kita terlena, terutama jika kita terjebak dalam gaya hidup hedonis dan konsumerisme. []