Bung Karno Temui Ulama Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Santri penjaga demokrasi (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Peran ulama dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari jerat penjajahan tidak diragukan lagi. Bung Karno, Presiden pertama Indonesia juga memiliki hubungan yang baik dengan ulama-ulama Nusantara.
Sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, Bung Karno bahkan sempat mendatangi ulama. Saat itu Bung Karno menemui Syekh Moesa, seorang ulama mukasyafah yang berusia 80 tahun di Sukanegara Cianjur Selatan.
Selain itu, dipilihnya tanggal 17 Agustus sebagai hari dikumandangkannya proklamasi merupakan rekomendasi dari K.H Abdoel Moekti. Beliau ialah ulama pimpinan Perserikatan Muhammadiyah Madiun.
Dari ulama Muhammadiyah itulah akhirnya Bung Karno mendapatkan kepastian waktu yang baik untuk Proklamasi. Tepatnya pada Jumat Legi 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 dalam kalender Islam.
Mengapa harus tanggal itu? Pasalnya menurut dia, apabila kemerdekaan Indonesia tidak diproklamasikan pada tanggal tersebut, maka kemerdekaan hanya akan ditemui 300 tahun yang akan datang.
Tidak ketinggalan, ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama, K.H Hasyim Asy’ari dari Pesantren Tebuireng Jombang pun turut menyampaikan dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia.
Konon KH Hasyim Asy’ari sudah menghubungi pimpinan Angkatan Laut Jepang di Surabaya dan memberitahukan bahwa dirinya setuju Bung Kamo sebagai Presiden RI.
Teks Proklamasi sendiri, menurut Mr. Achmad Soebardjo, didiktekan oleh Bung Hatta dan ditulis Bung Karno pukul 03.00 pada waktu sahur.
Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, proklamasi dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Ramadhan 1364 H (17 Agustus 1945) pada pukul 10.00 pagi di kediaman Bung Karno Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Begitulah sejarah menuliskan kemerdekaan Indonesia. Sejak dulu hingga sekarang, ulama memang tidak bisa dipisahkan dari negara karena jasanya yang begitu besar. Alfatiha untuk para ulama yang telah gugur mendahului kita.
