Apa Perbedaan Orang Bertauhid, Kafir dan Musyrik?

 Apa Perbedaan Orang Bertauhid, Kafir dan Musyrik?

Mencari Akar Masalah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Orang bertauhid (muwahhid) adalah orang yang beriman pada ketuhanan Allah semata.

Dari ketiga istilah di atas, yang bisa digabung hanyalah istilah kafir dan musyrik. Menurut keyakinannya, hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat ketuhanan (rububiyah) berupa kemampuan menciptakan manfaat dan bahaya.

Orang kafir adalah orang yang tidak beriman pada ketuhanan Allah. Menurut keyakinannya, Allah itu tidak ada sama sekali, hanya mitos atau karangan manusia.

Kemudian, orang yang tidak beriman pada Nabi Muhammad juga masuk pada kategori kafir ini sebab keimanan pada Allah dan Nabi Muhammad merupakan satu kesatuan.

Adapun orang musyrik, mereka adalah orang yang menyekutukan Allah. Menyekutukan Allah artinya beriman pada Allah dan juga beriman pada selain Allah.

Dengan kata lain, dia mengakui bahwa Allah adalah Tuhan tetapi pada saat yang sama hatinya juga mengakui sosok lainnya sebagai Tuhan lain yang juga sama-sama mempunyai sifat ketuhanan mampu mencipta manfaat dan bahaya.

Orang Jahiliah Quraisy masuk pada kategori musyrik sebab mereka beriman pada Allah, Tuhan yang diperkenalkan oleh leluhur mereka yaitu Nabi Ibrahim, tetapi di sisi lain juga beriman pada berhala-berhala.

Dari ketiga istilah di atas, yang bisa digabung hanyalah istilah kafir dan musyrik.

Seseorang yang beriman pada Allah tetapi juga beriman pada berhala disebut musyrik tapi bisa sekaligus disebut kafir apabila dia tidak beriman pada Nabi Muhammad.

Musyrikin jahiliah lagi-lagi merupakan contohnya sehingga Al-Qur’an kadang menyebut mereka sebagai al-kafirun dan kadang sebagai al-musyrikun.

Istilah yang sama sekali tidak bisa digabung dan mustahil ada dalam diri satu orang adalah istilah bertauhid dan syirik.

Kalau bertauhid maka artinya tidak syirik. Kalau syirik artinya tidak bertauhid.

Itulah sebabnya dalam seluruh ayat Al-Qur’an, tidak akan dijumpai satupun ayat yang menyebut Abu Jahal, Abu Lahab dan yang sealiran sebagai muwahhid.

Meskipun Al-Qur’an sendiri menyebut bahwa mereka ngeles dengan mengaku bahwa berhala hanya sarana mendekat pada Allah dan berulang kali menyebut bahwa orang jahiliah ketika terombang ambing di atas laut berdoa ke Allah saja namun ketika kondisi aman malah berdoa ke berhala.

Tindakan musyrikin jahiliah yang menyekutukan Allah dengan Tuhan lain itulah yang menyebabkan mereka disebut sebagai musyrikin.

Ini sebenarnya pelajaran anak SD atau bahkan TK, tapi sayangnya Wahabi tidak paham-paham.

Masyayikh wahabi dengan lucunya menyatakan bahwa musyrikin Quraisy bertauhid dalam satu sisi dan syirik dalam sisi lain.

Di dunia ini hanya wahabi yang bisa seabsurd itu mencampur tauhid dan syirik dalam satu orang.

Ketika kelucuan ini kembali ramai diperbincangkan, salah satu ustadz mereka malah membuat status untuk menekankan bahwa orang Quraisy jahiliah juga beriman pada Allah.

Sepertinya dia baru tahu kalau seluruh yang disebut musyrikin itu memang beriman pada Allah hanya saja juga beriman pada sesembahan lainnya.

Lucunya, seluruh ayat yang menekankan kemusyrikan orang jahiliah dipakai oleh Wahabi sebagai ayat untuk menekankan bahwa mereka bertauhid di satu sisi sebab masih mengakui ketuhanan Allah dan hanya syirik di sisi lainnya.

Aneh bin ajaib, sampai tokoh yang mereka gelari imam pun tidak paham kalau yang dinamakan musyrik memang masih mengakui Allah sebagai Tuhan, beda dengan kafir murni.

Makin lucu dan absurd ketika sebagian panutan mereka berkata bahwa kesyirikan orang sekarang (yang nyata-nyata mengucap dua kalimat syahadat dan menjalankan rukun Islam dan rukun iman) jauh lebih parah dibanding dengan kesyirikan orang jahiliah. []

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *