Ahli Hadis Berbicara tentang Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Ilyas

 Ahli Hadis Berbicara tentang Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Ilyas

Manusia yang Makshum dalam Ahli Sunnah Hanyalah Para Nabi, Benarkah? (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM , Yogyakarta – Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Ilyas memang menjadi salah satu topik pembahasan yang hingga kini masih menarik untuk diperbincangkan.

Perihal kapan dan detail pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Ilyas bahkan menjadi diskursus tersendiri di kalangan ulama ahli hadis.

Terdapat cukup banyak riwayat yang membahas mengenai pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Ilyas.

Hasan Bashri, sosok ahli fikih, zuhud dan perawi hadis yang terpercaya, mengatakan dalam suatu riwayat bahwa Nabi Ilyas menjadi wakil Allah Swt di daratan sementara Nabi Khidir menjadi wakil-Nya di lautan.

Keduanya dianuherahi umur abadi hingga tiupan sangkakala yang pertama. Mereka selalu berkumpul setiap tahun pada musim haji.

Sebuah riwayat dalam kitab Musnad, Al-Harits bin Abu Usamah menyatakan sebagai berikut:

“Kami memperoleh kisah dari Abdurrahman bin Waqid, dia mendapatkan dari Muhammad bin Bahram, dari Abban bin Abu ‘Iyasy yang bersumber dari Anas, Rasulullah melihat pernah bercanda, ‘Sesungguhnya Khidir diutus di lautan, sementara Nabi Ilyasa’ diutus di daratan. Keduanya bertemu setiap malam di benteng yang dahulu dibangun oleh Zulkarnain untuk penyelesaian antara manusia dan Y’juj. Keduanya juga melaksanakan ibadah haji dan umrah setiap tahun serta meminum seteguk air Zamzam yang cukup hingga tahun berikutnya.”

Menurut Abdullah bin Mughirah yang mendapat cerita dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Mi’dan yang bersumber dari Ka’b,

“Khidir berada di atas sebuah mimbar yang terbuat dari cahaya yang terletak di antara laut tertinggi dan laut terendah. Binatang-binatang lalu diperintahkan untuk mendengarkan titahnya dan mereka semua melarangnya. Di samping itu, para arwah juga muncul di hadapannya ketika pagi dan petang.”

Abdullah bin Mughirah menambahkan,

“Kisah ini diceritakan tanpa ada dasar atau sumbernya.”

Sedangkan menurut Ibnu Yunus, hadis tersebut merupakan hadis munkar atau hadis yang diriwayatkan oleh perawi lemah yang bertentangan dengan perawi terpercaya.

Dalam hal ini, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan bahwa Abdurrahim dan Abban merupakan dua orang perawi yang ditinggalkan ( matruk).

An-Nawawi dalam kitab Tahdzib -nya berkata,

“Ulama mayoritas mengatakan, Khidir masih hidup dan hadir di tengah-tengah kita saat ini. Demikian ini adalah pendapat yang disepakati oleh kalangan sufi, orang saleh dan ahli makrifat. Dan cerita tentang mereka pernah melihat Khidir, berkumpul bersamanya, mengambil pelajaran darinya, menanyakan jawaban dia berikut untuk mereka, serta kemunculannya di tempat-tempat mulia atau tempat-tempat yang baik, terlalu banyak untuk disebutkan.”

An-Nawawi menambahkan,

“Dalam kitab Fatawa, Ibnu Shalah mengatakan, ‘Menurut pendapat mayoritas ulama dan orang-orang saleh, Khidir masih hidup hingga saat ini. Orang-orang awam juga sependapat dengan mereka. Adapun orang yang bersikeras mengingkari pendapat ini hanyalah sebagian ahli hadis saja.”

Demikian diskursus yang berkembang di kalangan ulama ahli hadis mengenai pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Ilyas.

Ada ulama yang menyetujui bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas sering mengadakan pertemuan, ada pula yang menyangsikan hal tersebut. Wallahu a’lam. []

Habib

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *