Siapakah yang Lebih Utama, Nabi Khidir, Nabi Musa atau Nabi Muhammad?
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Ada perdebatan kecil antara ulama, siapakah yang lebih utama antara Nabi Musa as dan Nabi Khidir a.s.?
Sebagian kecil mengatakan bahwa Khidir lebih utama sebab beliau adalah gurunya.
Sebagian besar ulama mengatakan bahwa Nabi Musa lebih utama sebab beliau adalah seorang Rasul, bahkan bukan sekadar Rasul biasa tetapi Ulul Azmi dengan gelar Kalimullah.
Ini adalah kelebihan yang tidak dicapai oleh Nabi Khidir yang bahkan kenabiannya saja diperselisihkan ulama.
Akan tetapi sama sekali tidak ada perdebatan tentang siapakah yang lebih utama antara Nabi Muhammad dibanding nabi lainnya? Sama sekali tidak ada perbedaan pendapat soal ini.
Semua ulama sepakat bahwa Nabi Muhammad lebih utama dari semua Nabi dan Rasul sebelumnya.
Beliau juga lebih utama dari semua malaikat, dan bahkan lebih utama dari semua makhluk secara mutlak.
Syariat Nabi Muhammad menghapus semua syariat Nabi sebelumnya. Mukjizatnya melampaui mukjizat nabi sebelumnya.
Nabi Muhammad Tidak Wajib Berguru pada Nabi Khidir
Hakikat Nabi Muhammad tak bisa dibandingkan dengan hakikat nabi yang lain.
Suatu saat beliau pernah bersabda bahwa andai Musa masih hidup, maka tidak ada pilihan baginya kecuali menjadi pengikut Nabi Muhammad.
Nanti menjelang kiamat Nabi Isa turun lagi ke bumi, beliau pun hanya menjadi umat Nabi Muhammad.
Nabi Khidir pun sekarang ini (dalam perspektif ulama yang meyakininya masih hidup) statusnya hanya seorang umat yang wajib mengikuti Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena levelnya teramat sangat jauh, maka tidak ada ceritanya Nabi Muhammad disuruh berguru pada Nabi Khidir.
Seperti dalam kisah Nabi Musa atau Nabi Khidir datang pada Nabi Muhammad untuk mengajari beliau, sama sekali tidak ada ceritanya.
Dari sini tentu aneh dan tidak dapat dibenarkan bila ada sebagian orang yang kata-katanya seolah merendahkan ajaran Nabi Muhammad dengan alasan itu hanya syariat.
Belum sampai hakikat, itu kalah dengan ajarannya Nabi Khidir dan sebagainya.
Beliau As sendiri pun bukan pada tempatnya bila dibandingkan dengan ketinggian level Nabi Muhammad.
Apalagi bila bandingannya cuma orang mutashawwif yang mengaku berguru pada Nabi Khidir yang tidak jelas betul apakah itu benar beliau As atau hanya klaim sepihak. []