Prioritas Amal bagi Orang Berilmu

 Prioritas Amal bagi Orang Berilmu

Prioritas Amal bagi Orang Berilmu (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Orang yang sudah sukses mendapatkan ilmu-ilmu keislaman, orang yang berilmu,  adalah orang yang amat sangat beruntung. Sebab tidak semua hamba Allah itu mendapatkan rizqi berupa ilmu.

Kebanyakannya rizqi dari Allah SWT itu berupa kebutuhan biologis, yaitu makanan, minuman, uang, harta benda dan kekayaan.

Kalau sampai rizki berupa ilmu, maka itulah rizqi yang paling berharga, paling tinggi derajatnya namun paling sedikit juga yang mendapatkannya.

Maka orang yang sudah diberi rizki berupa ilmu agama punya kewajiban yang menjadi prioritasnya dan tidak bisa disamakan dengan kewajiban orang lain yang tidak berilmu.

1. Prioritas Ibadah Ilmu Ketimbang Ibadah Ritual

Orang yang berilmu punya bentuk ibadah yang tidak sama dengan orang biasa. Kalau orang biasa, ibadahnya masih berupa ibadah-ibadah ritual, seperti shalat, dzikir, baca Quran, puasa dan sejenisnya.

Sedangkan orang berilmu ibadahnya adalah segala yang terkait dengan keilmuan, baik membaca kitab atau menulis kitab, menyelenggarakan kajian, diskusi dan juga pastinya duduk di bangku kuliah meneruskan studi ilmu-ilmu keislaman.

2. Prioritas Sedekah Ilmu Ketimbang Sedekah Harta

Kalau orang biasa bersedekah, maka yang dia keluarkan berupa uang atau harta benda. Berbeda dengan orang berilmu, sedekahnya bukan lagi uang, sebab boleh jadi dia tidak terlalu banyak punya uang.

Lagian, yang punya uang sudah banyak sehingga kalau bersedekah harus yang lain.

Dalam hal ini orang yang berilmu justru memiliki apa yang banyak orang tidak memilikinya yaitu ilmu.

Ketika dia ajarkan dan bagikan ilmunya, maka ada begitu banyak orang yang membutuhkan.

3. Prioritas Menambah Terus Ilmunya

Ilmu Allah SWT itu begitu luas, maka jangan terlalu mudah puas atas pencapaian dan anugerah yang sudah Allah SWT berikan.

Seorang pembelajar ilmu agama ketika masih punya kesempatan untuk menambah jenjang pendidikannya, maka dia wajib memprioritaskan karir pendidikan, ketimbang berkarir dalam dakwah.

Hari ini sekedar lulus pesantren saja masih amat sangat jauh dari cukup. Pesantren itu ibaratnya baru sekolah SMP dan SMA yang lulusannya masih belum diakui sebagai ilmuwan.

Bahkan lulusan S1 dalam fakultas keislaman dengan gelar Lc sebenarnya juga sama sekali belum mumpuni.

Seharusnya dia teruskan jenjang pendidikannya hingga S-2 dan S3. Biar ilmunya benar-benar matang dan bukan sekedar tempelan.

4. Prioritas Konsentrasi Pada Ilmu Ketimbang Politik

Godaan orang pintar itu seringkali godaan untuk terjun ke dunia politik praktis. Ada seribu satu alasannya yang dikemukakan, mulai dari jadi pahlawan amar makruf nahi munkar sampai gengsi jadi pejabat.

Padahal boleh jadi ilmunya akan lebih bermanfaat ketika dia tekuni saja apa yang memang sudah dipelajarinya, ketimbang jadi gelandangan di dunia politik tak tentu arah dan rimbanya.

Dan berapa banyak orang-orang pintar di negeri kita yang meninggalkan dunia ilmunya dan terjebak jadi politikus.

Sebagian ada yang berhasil, tetapi kebanyakannya gagal total. Tidak dapat apa-apa dari dunia yang dikejar-kejarnya.

Ujung-ujungnya kembali lagi ke dunia ilmu pengetahuan, asalkan jangan terlambat. []

Ahmad Sarwat

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *