Membincang Sosok Dr. Wahbah Az-Zuhaili

 Membincang Sosok Dr. Wahbah Az-Zuhaili

Membincang Sosok Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Beberapa kali saya berkesempatan menemui ulama asal Suriah ini, sosok Dr. Wahbah Az-Zuhaili, salah satu pesan terdalam dari beliau adalah ajakan untuk menulis.

Beliau saat itu cerita bahwa atas izin Allah, sudah menulis lebih dari 50 ribu halaman buku. Maka kami yang hadir saat itu diminta untuk juga bisa beribadah dengan cara melahirkan karya. Kalau perlu harus lebih banyak dari karya beliau.

Saat itu kami senyum-senyum kecut. Boro-boro berkarya seperti halnya beliau, bahkan membaca karya beliau nya pun belum khatam semua.

Bukan apa-apa, karya beliau itu tebal-tebal jilidnya. Di antaranya yang fenomenal adalah Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu dan Tafsir Al-Munir. Keduanya itu berjilid-jilid tebalnya.

Saya sendiri sebagai salah satu yang mengidolakan beliau sudah punya keduanya. Walaupun sbenarnya milik almarhum ayah saya, tapi jadi warisan untuk saya.

Awalnya merupakan oleh-oleh pulang umrah. Kalau orang-orang dibawakan sejadah, tasbih, gamis, sorban, minyak wangi atau pun juga obat kuat, maka oleh-oleh dari ayah saya dua kitab beliau ini.

Nyaris hampir setiap hari saya baca keduanya. Sebagai mahasiswa fakultas Syariah, kitab beliau ini sangat membantu. Lebih lengkap dan lebih mudah dibaca ketimbang muqarar Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd al-Hafid.

Apalagi Tafsir Al-Munir, rasanya mantab dan sempurna bila membacanya. Melengkapi muqarar kami yaitu Fathul Qadir karya Asy-Syaukani.

Lalu setelah merasakan nikmat kedua karya beliau selama jadi mahasiswa, tiba lah waktunya sekarang pelan-pelan mengikuti jejak langkah beliau.

Ceritanya cukup panjang dan berliku, tapi Alhamdulillah atas izin Allah dan juga doa beliau, meski belum ada seujung kuku, saya mulai melangkah. Mulai dari langkah kecil dulu.

Seri Fiqih Kehidupan akhirnya rampung dalam jumlah 18 jilid. Sedangkan Tafsir Al-Mahfuzh baru selesai 6 jilid dari yang seharusnya 60 jilid. Jilid 7 masih on the way.

Jarak masih panjang, perlu atur nafas sebaik-baiknya. Semoga Allah SWT memberkahi. Amiinn. []

Ahmad Sarwat

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *