Harlah NU ke-95, KH Aqil Siraj Tegaskan Pendirian NU

 Harlah NU ke-95, KH Aqil Siraj Tegaskan Pendirian NU

HIDAYATUNA.COM – Mengawali debuah kalimat seperti yang disampaikan KH Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi besar di Indonesia yakni Nahdhalatul Ulama. “Dakwah dengan cara memusuhi ibarat orang membangun kota, tetapi merobohkannya”

Beliau sekaligus ulama karismatik yang dalam perjalanan hidupnya dipenuhi dengan perjuangan atas kecintaan terhadap agama, bangsa dan negara. Beliau juga menjadi salah satu pahlawan nasional yang gigih memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Seperti diketahui, Nahdlatul Ulama yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 bukanlah sebuah perkumpulan tanpa sebab. Ia menjadi bagian dari sejarah perjalanan panjang Indonesia yang diikuti oleh para Syuhada’, ulama, para santri. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya fatwa “resolusi jihad” yang menjadi sebuah penegasan bahwa kaum santri menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan RI.

KH Aqil Siradj: NU Didirikan untuk Membangun Ukhuwah Islamiyah, Wtahoniah dan Insaniah

NU merupakan organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

KH Aqil Siradj, ketua PBNU saat ini melalui unggahan video singkat memperingati Harlah NU ke-95 mengucapkan bahwa selama NU berjasa mengawal, menjaga dan mengembangkan RI. Apalagi sejauh ini, NU menjadi organisasi terdepan dalam mendakwahkan ajran-ajaran Islam yang ramah. Menerima asas tunggal pancasila, sikap moderat yang ditunjukkan oleh para ulama-ulama NU menjadi salah satu perjuangan yang tidak bisa dinegasikan keberadaannya.

Tidak hanya itu, Prof Syuron Kamil, Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga memberikan pandangannya bahwa NU memiliki tanggung jawab besar terhadap dakwah-dakwah yang selarsa dengan kondisi Indonesia. Bukan tanpa alasan, akhir-akhir ini tantangan besar bahwa selama ini wajah Islam tidak sedikit ditampilkan sebagai ajaran yang kaku. Menolak keras pancasila, bahkan NKRI bersyariah terus digaungkan oleh beberapa kelompok intoleran yang berupaya untuk memecah belah bangsa Indonesia.

“Nahdlatul Ulama itu adalah sesuai namanya yaitu kebangkitan ulama, yang itu berarti sebenarnya adalah upaya untuk mempertahankan Islam sebagai sebuah tradisi. Artinya NU dari awal berkomitmen untuk mengembangkan pola-pola Islam yang telah dikembangkan oleh para wali songo. Islam yang sekarang ini dikenal dengan Islam Nusantara, sebuah corak Islam yang secara ushul itu sama dengan Islam yang lain. Hanya secara praktik tentu disesuaikan dengan kondisi Indonesia,” kata Prof Sukron dikutip dari Republika, Jumat (29/1).

KH Aqil Siradj juga mengatakan bahwa semenjak didirikan, NU memiliki prinsip membangun Ukhuwah Islamiah, Wathoniah, Insaniah. Ini berarti bahwa, Indonesia dimasa yang akan datang, NU harus bertanggung jawab untuk membangun kemajuan Indonesia. Para kader-kader NU harus menyadari hal tersebut dengan melakukan berbagai upaya untuk memajukan Indonesia.

“NU harus bisa Syuhada ‘alannnas. Harus berperan kepada masyarakat, mulai dari Ekonomi, budaya, masyarakat, peradaban, pendidikan bukan hanya sebagai penonton”, ungkap KH. Aqil Siradj.

Muallifah

Mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada, Penulis lepas

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *