Belajar Filsafat Bersama Sophie Amundsen, Sebuah Ulasan Film “Dunia Sophie”

 Belajar Filsafat Bersama Sophie Amundsen, Sebuah Ulasan Film “Dunia Sophie”

Belajar Filsafat Bersama Sophie Amundsen, Sebuah Ulasan Film “Dunia Sophie” (Ilustrasi/Perpusnas)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – “… the only thing we require to be good philosophers is the faculty of wonder…”Sofies Verden (Sophie’s World/Dunia Sophie)

Sebuah kutipan quotes menarik yang sempat saya catat saat membaca novel Sophie’s World atau Dunia Sophie untuk kali pertama saat duduk di bangku perkuliahan beberapa tahun lalu.

Saya juga sempat menonton versi filmnya karena saat itu merupakan salah satu tugas kuliah, hehe.

Film yang saya ulas ini merupakan hasil adaptasi dari novel Sofies Verden atau dalam bahasa Inggris berarti Sophie’s World karya Jostein Gaarder yang terbit pertama kali di Norwegia pada tahun 1991.

Film yang berdurasi sekitar tiga jam ini terdiri dari dua bagian (versi yang saya tonton).

Film tersebut diawali dengan percakapan antara Sophie dengan Jorrun yang sedang membicarakan tentang burung.

Jorunn merasa penasaran tentang apa yang dipikirkan oleh burung-burung yang terbang di angkasa.

Sophie menjawab bahwa burung itu tidak bisa berpikir, namun yang dimiliki burung adalah insting, ia juga mengatakan bahwa yang bisa berpikir adalah manusia.

Hanya manusia saja yang sadar akan keberadaannya, sementara burung itu tidak. Sophie juga mengatakan bahwasannya alam semesta ini tidaklah berbatas.

Ia sangatlah luas dan luasnya melebihi apa yang dapat dibayangkan oleh pikiran manusia.

Di sini saya akan menuliskan beberapa hal yang menarik bagi saya yang saya tangkap dari film ini.

Meskipun sebenarnya banyak sekali hal menarik dalam film ini, namun sayang sekali tidak bisa saya tuliskan seluruhnya.

Hal pertama yang menarik bagi saya adalah ketika Sophie menerima surat-surat misterius yang ternyata dikirim oleh Alberto Knox.

Dalam surat yang pertama, hanya tertulis satu pertanyaan dalam Bahasa Norwegia yakni ‘Harm er du?’ yang artinya adalah ‘Siapakah Kamu?’

Surat misterius yang kedua tertuliskan ‘Hvor kommer verden fra?’ yang artinya ‘Dari mana dunia ini berasal?’

Kedua surat yang dialamatkan kepada Sophie tersebut tidak terdapat keterangan identitas pengirimnya sama sekali, sungguh misterius.

Dalam surat yang ketiga terdapat tulisan yang agak panjang dibandingkan dua surat sebelumnya, yakni berbunyi;

“Sophie sayang, hal apakah yang paling penting dalam hidup ini? Kalau kita tanya kepada orang yang kelaparan, maka ia akan menjawab ‘makanan’, orang yang kedinginan akan menjawab ‘kehangatan’.

Bahkan kalau semua kebutuhannya terpenuhi, ia akan menginginkan sesuatu yang lebih.

Para filosof menyatakan bahwa kita butuh untuk tahu siapa diri kita dan mengapa kita ada.

Pendekatan terbaik dalam filsafat adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti siapakah aku? Dari manakah ala mini berasal?

Tentunya kau tidak akan menemukan jawabannya dalam ‘Secrets of Spiritism.’

Kebanyakan orang tidak tertarik pada para filosof, dan mereka tidak paham bahwa para filosof itu sesungguhnya menempuh jalan yang berbahaya. Maukah kau bergabung denganku, Sophie? Tertanda, Alberto Knox.”

Dalam kisahnya yang misterius, dari film ini kita dapat belajar banyak tentang filsafat, khususnya sejarah filsafat secara umum.

Saat Alberto Knox menceritakan sejarah filsafat Yunani, bahwasannya Acropolis, Athena, bukan hanya tempat lahirnya Eropa.

Namun juga merupakan tempat di mana Socrates dan murid-muridnya mulai melontarkan banyak pertanyaan filosofis tentang jati diri mereka dan asal dari semesta raya, sekitar 2.400 tahun yang lalu.

Knox mengisahkan tentang akhir hidup Socrates yang harus meminum racun sebagai hukuman atas dirinya yang dianggap telah meresahkan rakyat Athena dengan pemikiran-pemikiran kritisnya.

Namun perjuangan dan pemikiran-pemikiran Socrates tidak berhenti saat ia meninggal menenggak racun yang diberikan kepadanya sebagai hukuman yang harus ia terima.

Namun pemikirian-pemikiran kritisnya dilanjutkan oleh Plato. Knox juga menceritakan tentang sejarah filsafat era pertengahan.

Knox bercerita tentang Hildegard von Bingen yang hidup pada tahun 1098-1179 M, seorangf filsuf perempuan yang hidup dalam lingkungan gereja.

Hildegard juga merupakan komposer musik Gregorian. Kemudian pada abad ke XII M di mana salah satu tokoh pemikir besar hidup, dialah Thomas Aquinas.

Knox juga bercerita tentang masa terlahirnya kembali Eropa, yaitu masa Renaissance. Pada masa tersebut rakyat tiba-tiba dipebolehkan untuk bertanya sebebas-bebasnya, bertanya tentang apa saja.

Hal itulah yang memicu perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa. Sejarah Eropa yang mirip kisah kehidupan anak manusia.

Di mana pada Era Kuno seperti anak-anak, Era Pertengahan seperti masa sekolah yang melelahkan, Era Renaissance seperti ulang tahun remaja yang ke-15.

Pada Era Renaissance inilah salah satu penyair sekaligus filsuf besar dalam sejarah filsafat Barat hidup, yakni William Shakespeare.

Pada era tersebut hidup juga Nicholas Copernicus, seorang ilmuwan berkebangsaan Polandia yang mengatakan bahwa Bumi itu mengelilingi matahari.

Di mana pernyataan Nicholas tersebut bertentangan dengan paham yang diwajibkan Gereja di era tersebut bahwa Bumi lah pusat alam semesta.

Banyak hal yang diungkapkan lagi dalam film ini, dari Francis Bacon hingga Lenin, serta kerusuhan yang terjadi di Uni Soviet, serta sejarah Eropa di kemudian hari.

Pada akhirnya, dimengerti bahwa kisah hidup Sophie merupakan sebuah cerita karangan ‘Sang Mayor’, yakni Albert Knag, seoran Mayor PBB di Lebanon.

Knag mendedikasikan kisah tersebut untuk putrinya, Hilda Moller Knag sebagai hadiah ulang tahunnya yang kelima belas.

Film ini adalah film fiksi yang berpadu dengan pelajaran filsafat yang serius.

Bersama Sophie, kita akan belajar dan menelusuri bagaimana cara manusia berfilsafat selama kurun waktu ribuan tahun ini.

Sophie akan memandu kita mengenal filsafat dari Thales hingga Jean-Paul Sartre, dari filsafat alam hingga mendiskusikan eksistensialisme serta teori Bing Bang yang terkenal itu.

Film ini cocok ditonton bagi Anda yang ingin mempelajari filsafat dengan cara yang menyenangkan, sebagai titik mula pembuka kecintaan pada filsafat.

Ceritanya yang ringan dan alur sederhana membuat penonton menyimak penuh antusias. Anda juga akan berjumpa dengan banyak quotes menarik dan tak jarang membuat penontonnya merenung sejenak.

Tenang saja, meski film ini memuat cukup banyak materi filsafat, Anda tidak akan serta merta menjadi elit global Illuminati liberal ataupun auto jadi penganut Freemasonry.

 

“It’s not a silly question if you can’t answer it.”

― Jostein Gaarder, Sophie’s World

[]

Lutfi Maulida

Saat ini aktif di Komunitas Puan Menulis dan Komunitas Santri Gus Dur Yogyakarta. Perempuan yang menyukai bacaan, film/series dan kuliner. Dapat disapa melalui Instagram @fivy_maulidah dan surel lutfimaulida012@gmail.com

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *