Bagaimana Sebaiknya, Jika Istri Menolak Berhubungan?

 Bagaimana Sebaiknya, Jika Istri Menolak Berhubungan?

Inilah 10 Adab Suami Kepada Istri agar Pernikahan Semakin Harmonis (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Dalam membina bahtera rumah tangga, tentu setiap pasangan harus memiliki komunikasi baik dalam segala hal, khususnya dalam hal hubungan suami istri.

Pengasuh Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, Gus Rifkil Muslim mengatakan hukum seorang istri menolak untuk melayani suaminya tidak serta-merta menjadi sebuah senjata bagi suami.

Maka dari itu, komunikasi yang baik sangat dibutuhkan sebab boleh jadi istri sedang mengalami kendala.

“Dalam rangka untuk menghasilkan keturunan, ini sebenarnya terlepas yang dikatakan seorang istri tidak boleh menolak suaminya, hal itu jangan dijadikan sebuah senjata untuk suami,” ungkap Gus Rifkil, dikutip dari tayangan video NU Online, Jum’at (09/12).

Gus Rifkil mengatakan hubungan suami istri itu harus didasarkan rasa saling membutuhkan, merasa nyaman dan saling menikmati.

“Jadi saya tidak setuju dengan bahasa minta jatah, karena sebenarnya wanita pun juga menikmatinya. Hal itu kebutuhan biologis yang sama-sama membutuhkan,” jelasnya.

Dalam kasus ini, komunikasi yang baik akan menimbulkan rasa nyaman. Tidak ada satu pihak yang merasa terbebani atau merasa tidak nyaman.

“Hanya saya selalu bilang ke istri saya, kita selalu mengkomunikasikan dulu. Walaupun saya selalu siap, saya bilang karena biar istri saya mendapatkan pahala yang lebih banyak. Saya selalu menyarankan istri saya, menawari saya dulu. Sunahnya seperti itu,” ujar Gus Rifkil.

Ia juga mengingatkan bahwa seseorang istri yang tidak mau melayani suaminya bisa dikategorikan sebagai dosa besar, bahkan malaikat melaknat istri yang seperti itu.

“Jadi ketika laki-laki meminta ke istrinya tidak mau. Itu dikatakan dosa dan bahkan dikatakan malaikat sampai subuh melaknat istri tersebut,” ucapnya.

Namun demikian, sebagai pasangan suami istri harus memiliki rasa toleransi, saling memahami. Maka dari itu, perlu adanya komunikasi yang baik.

“Makanya bahasanya capek nggak, mau nggak saya selalu bilang ayo dong, kamu yang nawarin,” katanya.

Menurut Gus Rifkil jika kondisi yang satu sedang capek, maka tidak perlu dipaksakan. Kalau dipaksakan tidak akan klimaks dan kepuasannya akan berbeda. Keduanya harus prima.

“Makanya dalam kitab Fathul Izzar ataupun Qurrotul Uyyun, jangan langsung to the point tetapi juga dimulai dari adanya foreplay dulu dengan berbagai introduce yang romantis dan lain sebagainya, sehingga keduanya nyaman,” tandasnya. []

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *