Taaruf atau Pacaran, Manakah yang Lebih Baik?

 Taaruf atau Pacaran, Manakah yang Lebih Baik?

Taaruf atau Pacaran, Manakah yang Lebih Baik? (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Proses seseorang bisa memutuskan menikah bukanlah hal yang mudah karena menikah adalah ibadah seumur hidup.

Maka dalam hal merencanakannya pun harus dipikirkan sematang mungkin, termasuk dalam memilih pasangan.

Dalam proses memilih pasangan itulah dibutuhkan proses perkenalan satu sama lain.

Dalam proses perkenalan tersebut, sebagian orang ada yang lebih memilih untuk melakukan taaruf dan ada juga yang memilih untuk pacaran.

Lalu manakah yang lebih baik? Taaruf atau pacaran?

Trend istilah ‘pacaran no, ta’aruf yes’ rasanya tidak asing lagi di telinga kita bukan?

Karena anggapan bahwa taaruf harus menjadi pilihan bagi kelompok yang mengaku dirinya sebagai muslim yang baik.

Di samping itu, secara tidak langsung gerakan tersebut juga menghadirkan narasi lain, yaitu bahwa ‘pacaran tidak Islami.’

Salah satu contohnya adalah hadirnya gerakan ‘menikah muda, untuk menghindari zina’ sebagai slogan pemersatu kelompok anti pacaran yang belakangan ini dipopulerkan oleh akun Instagram @Indonesiatanpapacaran.

Tidak adil rasanya jika standardisasi muslim yang baik dilihat dari istilah apa yang digunakan oleh seseorang ketika proses perkenalan dengan pasangannya.

Karena penilaian muslim yang baik sangat kompleks dan itupun biar menjadi urusan Allah Swt.

Jadi pacaran atau taaruf? Keduanya sama saja, karena tujuannya sama-sama proses saling mengenal kedua pasangan untuk ke jenjang lebih serius.

Lalu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa saling mengenal? Tidak bisa dintentukan, lama atau singkatnya tidak menjadi standar baik, karena hal tersebut tergantung subjek orangnya.

“Akus sih taaruf, soalnya jelas orientasinya menikah,” cakap teman saya.

Memang yang pacaran tidak punya orientasi menikah? Tentu ada! Tapi ada yang jangkanya sebantar lagi, ada juga yang masih panjang, karena sama-sama merasa belum siap.

Terus untuk apa pacaran kalau orientasinya belum mau menikah? Siapa sih yang tahan dengan api cinta yang membara? Dan tidak ada salahnya mengungkapkannya dan saling berkomitmen satu sama lain, selagi komitmen mereka ke arah yang positif.

“Tetap lebih baik taaruf, karena jangka waktu perkenalanya jelas,” cakap teman yang lain.

Bagi saya, singkat atau lama, bahkan ditentukan atau tidak, semuanya tidak menjadi standar seseorang merasa klop dengan pasangannya, karena setiap orang punya perjalanan cinta masing-masing.

Jadi taaruf atau pacaran?

Istilah ‘pacaran’ dilekatkan pada dua orang manusia yang saling menyatakan perasannya dan berkomitmen untuk saling mengenal, lalu untuk teknis perkenalannya seperti apa itu tergantung subjek orangnya.

Begitu pula dengan taaruf, istilah tersebut dilekatkan pada dua orang manusia yang saling menyatakan ketertarikannya satu sama lain dan berkomitmen untuk saling mengenal, serta dalam proses perkenalannyapun berbeda-beda. Jadi mau pacaran atau taaruf, sama saja!

“Pacaran itu haram, mendekatkan pada zina,” cakap teman lainnya.

Lantas jika gaya pacarannya saling support, saling bantu, saling memberi energi positif, bagaimana?

Artinya zina atau tidak sebenarnya bukan terletak pada masalah pacaran atau taarufnya, tapi cara atau praktik seseorang dalam proses pengenalan tersebut.

Sedangkan setiap pasangan memiliki caranya masing-masing.

Hal serupa juga direspon oleh Kalis Mardiasih, seorang penulis buku dalam unggahannya di Instagram. Ketika Kalis ditanya “pro taaruf atau pacaran?” dia menjawab bahwa baginya pacaran atau taaruf itu sama-sama cuma istilah.

Substansinya adalah proses buat saling mengenal. Li taarofu dalam Al-Qur’an itu artinya saling mengenal satu sama lain.

“Ada orang pacaran lama, bubar. Ada orang taaruf cepet, yang bubar juga banyak. Itu sih bukan karena pacaran atau taaruf-nya, tapi karena setelah menikah ternyata nggak nemu pola komunikasi efektif dan pola pemecahan masalah yang nyambung. Ada juga faktor-faktor eksternal nggak terprediksi yang gagal didamaikan. Beda kasus itu, perlu dibahas di bab yang lain lagi,” tegasnya.

Jadi mau pakai istilah pacaran atau istilah taaruf bebas. Karena substansinya ada pada kualitas proses saling mengenalnya.

Pasalnya, jika taaruf cepat-cepat dan modalnya pasrah pada Allah, eh tiba-tiba di akhir baru ketahuan banyak yang disembunyikan, bagaimana?

Atau pacaran selama 3-10 tahun tapi kualitasnya ga jelas, soalnya pas pacaran cuma ngebucin, dan cuma nanya “lagi apa” atau “udah makan atau belum.”

Kalau ada yang sebut pacaran adalah aktivitas maksiat,

“Dia enggak tahu aja ada orang pacaran buat berlomba-lomba kejar Ph.D. dan tiap hari acaranya ngereview jurnal ilmiah” jawab Kalis.

Jadi pilih taaruf atau pacaran oke-oke saja, tidak adak standar mana yang lebih baik di antara keduanya.

Karena yang lebih penting adalah cara berhubungannya yang berkualitas dan tidak toksik. []

Hoerunnisa

Hoerunnisa, biasa disapa dengan nama Ica merupakan perempuan asal Garut Selatan dan sekarang tergabung dalam komunitas Puan Menulis. Sekarang sedang melanjutkan studi pascasarjana di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bisa disapa juga di Instagram @iniicaaa12.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *