Sulaiman al-Mahiri, Navigator Kelautan dan Ilmuwan Muslim Pakar Neutika

 Sulaiman al-Mahiri, Navigator Kelautan dan Ilmuwan Muslim Pakar Neutika

Membincang Ahlussunnah wal Jamaah: Istilah Hingga Kilas Sejarahnya (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Nama Sulaiman al-Mahiri memang tidak sepopuler Ibnu Batuta, namun keluasan pengetahuannya tentang ilmu bumi dan pengalamannya menjelajah dunia, membuat namanya pantas disejajarkan dengan nama-nama penjelajah besar Islam dunia seperti Ibnu Batuta, al-Mas’udi dan Ibnu Khaldun.

Jamil Ahmad dalam bukunya Seratus Muslim Terkemuka mengatakan bahwa ilmu tentang bumi dan samudera telah jauh dibicarakan oleh ilmuan-ilmuan muslim sebelum orang-orang Barat mengkajinya.

Kitab Kalimat al-Ain menjadi bukti sejarah sebagai kitab pertama yang membahas tentang rotasi bumi yang menyebabkan terjadinya siang dan malam.

Bahkan Dr. Jefferys, antropolog Afrika Selatan secara buka-bukaan mengatakan bahwa orang-orang Arablah yang menemukan benua Amerika, bukan Christopher Columbus.

Pernyataan tegas Jefferys ini sekaligus mematahkan claim bahwa Christopher Columbus adalah orang kali pertama yang menemukan benua Amerika.

Sulaiman al-Mahiri sendiri lahir di daerah selatan Jazirah Arab. Tepatnya di pantai selatan Hadramaut, Yaman pada tahun 1480 M. Marga atau sukunya adalah Mahara, keturunan dari Mahrah bin Haidan.

Karena itulah di belakang namanya disematkan nama Al-Mahiri. Al-Mahiri meninggal pada tahun 961 H/1554 M. Ada juga pendapat yang mengatakan al-Mahiri meninggal tahun 1550.

Al-Mahiri dijuluki navigator kelautan (muallim al-bahri) karena jasanya  membuat undang-undang kelautan. Ia juga disebut-sebut sebagai bapak pelayaran Islam.

Al-Mahiri adalah murid dari Ahmad bin Majid yang populer dengan sebutan asad al-bahri (singa laut) dan amir al-bahr (pangeran laut).

Guru dari Sulaiman al-Mahiri ini disebut-sebut sebagai penemu kompas dan navigasi sekaligus kartografer (ahli pembuat peta dan kompas).

Di antara karya peninggalan al-Majid yang ada hingga saat ini adalah al-Fawaid fi Usul Ilm al-Bahr wa al-Qawaid dan Hawiyah al-Iktishar fi Ushul Ilm al-Bihar.

Disebutkan dalam buku hdhdhd, bahwa Sulaiman al-Mahiri pertama kali melakukan pelayaran dari Samudera India, lalu ke samudera Pasifik, Selat Bering, Laut Antartika sampai ke selat Gibraltar.

Ia juga pernah berlayar menyebrangi laut Abysina, Mozambik, tanjung Harapan sampai ke laut Atlantik.

Pengalaman yang sangat berharga ini kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku di antaranya al-Umdah al-Mahriyyah fi Dhabt al-Ulum al-Bahriyyah (pedoman Al-Mahiri dalam memverfikasi ilmu kelautan) dan al-Minhaj al-Fakhir fi Ilm al-Bahr al-Zakhir (Metode Unggul tentang ilmu kelautan yang luas), Tuhfat al-Fuhul fi Tamhid al-Ushul fi Ilm al-Bihar (Karya Agung tentang Kaidah-Kaidah Ilmu Kelautan), Risalatu Qiladat al-Syumus wa Istikhraj al-Usus.

Buku-buku karya al-Mahiri ini merupakan sumbangan penting tentang ilmu pelayaran, neutika (bahari), bintang, matahari, astronomi, jalur pelayaran, angin dan lain sebagainya.

Kitab Al-Umdah al-Mahriyyah fi Dhabt al-Ulum al-Bahriyyah

Kitab ini diterbitkan oleh Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah tahun 1970, dengan jumlah halaman 365. Pada bab tertentu diantaranya mengulas tentang astronomi, jarak bintang di khat al-istiwa’ (garis katulistiwa), rute-rute laut di sepanjang pantai barat dan Timur Tanjung Camorn, negeri-negeri atas dan bawah angin, nama-nama bintang, jalur-jalur lautan dan sepuluh bahaya yang harus diwaspadai oleh para pelaut.

Pada bab yang lain, kitab ini mengulas jenis-jenis musim di Samudera India dan dua jenis musim di pantai Timur dan Barat India, Malaya dan Burma.

Kitab Al-Minhaj al-Fakhir fi Ilm al-Bahr al-Zakhir

Kitab ini diterbitkan di Calivornia oleh penerbit al-Mathba’ah al-Ta’awuniyah tahun 1970 dengan ketebalan halaman 387.

Buku ini di antaranya mengulas tentang bintang dari bagian yang tidak ada penghuninya. Menariknya, di bab yang lain, al-Mahiri menyebut beberapa pulau di Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa dan Bali. Bab itu bunyinya “faslun fi ma’rifati jazirati Syumutrah.”

بندر شمطره وهو أشهر بنادرها وهي بلدة كبيرة وهي بندر الفلفل والحرير والذهب وهو بندر معمور بندر عاروه وهو بندر صغير بندر ركن وهو بندر صغير بندر فلي بنج وهو أيضا بندر صغير وهؤلاء البنادر الصغار منهم بنادر الجاوي وغيره من تلك النواحي

Artinya:

“Pelabuhan Sumatera adalah pelabuhan paling terkenal yang letaknya di sebuah negara besar, pelabuhan penghasil lada, sutera dan emas. Pelabuhan ini ramai sekali. Ada lagi pelabuhan Aruh, pelabuhan Rokan, dan pelabuhan Palembang. Semuanya adalah pelabuhan kecil. Di antaranya lagi adalah pelabuhan Jawa dan wilayah-wilayah lainnya.”

Kitab Risalatu Qiladat al-Syumus wa Istikhraj al-Usus

Kitab ini terbit pertama kali pada tahun 1925. Kemudian pada tahun 1972, oleh penerbit al-Mathba’ah al-Ta’awuniyah diterbitkan kembali setebal 1002 halaman.

Buku ini banyak dirujuk oleh para tokoh pelayaran Islam dunia setelahnya.

Kitab setebal 1002 halaman ini di antaranya mengulas tentang tahun-tahun, bulan-bulan, matahari, Koptic, Persia dan Byzantium.

Di dalam kitab ini juga disinggung pengetahuan-pengetahuan tentang waktu.

Kitab Tuhfat al-Fuhul fi Tamhid al-Ushul fi Ilm al-Bihar

Sesuai dengan namanya, kitab karya al-Mahiri ini mengulas berbagai hal tentang ilmu astronomi dan neutika (al-bahriyyah) yang membahas tentang bintang, bumi dan seni navigasi.

Di bab yang lain juga diulas rute-rute perjalanan di laut, ketinggian angin dan bintang, lapisan-lapisan udara dan lain sebagainya. []

Abdul Wadud Kasful Humam

Dosen di STAI Al-Anwar Sarang-Rembang

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *