Serangan Vandalisme Kembali Sasar Muslim Paris
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Aksi vandalisme baru baru ini kembali menyasar muslim Paris. Kali ini sebuah coretan grafiti menyasar sebuah bangunan milik institut Muslim di kota Paris, Prancis.
Pelaku melakukan perusakan dengan menuliskan kata-kata rasialis dan islamofobia. Kejadian ini berlangsung pada Ahad (4/6/2021) lalu.
Menanggapi hal itu, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengutuk tindakan tersebut dan berjanji akan menemukan pelaku. Kejadian yang terjadi di Institut Al Ghazali, kampus Masjid Agung Paris di kota selatan Martigues dekat Marseilles ini menyedot banyak perhatian publik.
Dilansir dari Republika, Senin (5/4/2021) pihak pengelola Masjid Agung Paris dengan tegas menyatakan keprihatinan atas meningkatnya serangan islamofobia. Mereka mendesak pihak berwenang memperkuat sistem keamanan di tempat-tempat keagamaan.
“Tanda rasialis dan anti-Muslim ini adalah serangan terhadap para siswa yang akan menjadi imam Prancis. Di masa depan dan orang yang menghadapi tindakan itu, tidak akan menyerah bekerja untuk persatuan masyarakat dan negara kita,” ujarnya dalam keterangan persnya.
Sementara itu, Kepala Masjid Agung Paris Chems-Eddine Hafiz yang juga mengepalai Institut Ghazali, mengorganisir unjuk rasa. Pada 11 Juli di Martigues untuk menunjukkan solidaritas bersama para imam dan mahasiswa.
“Ini merupakan serangan vandalisme keempat yang terjadi pada tahun ini. Di mana tempat-tempat budaya dan agama Islam dirusak oleh kata-kata yang penuh kebencian,” jelasnya.
Pada April, Pusat Muslim Avicenna di kota Rennes dan Masjid Arrahma di Nantes diserang dengan grafiti islamofobia dan pembakaran menjelang bulan suci Ramadhan. Menyusul peristiwa itu, Darmanin menjanjikan keamanan tempat-tempat agama dan budaya Islam.
Selain itu, pada Februari, situs Masjid Sultan Eyyub yang sedang dibangun dan diharapkan menjadi tempat ibadah Islam terbesar di Eropa, diserang dengan tulisan rasialis. Jumlah insiden islamofobia di Prancis meningkat tajam di tengah kontroversi sikap pemerintah terhadap minoritas agama.