Nasi Jumatan Sebagai Bagian dari Hablum Minannas

  Nasi Jumatan Sebagai Bagian dari Hablum Minannas

 Nasi Jumatan Sebagai Bagian dari Hablum Minannas (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Hari Jumat merupakan hari yang sangat mulia bagi kaum muslimin di mana pun berada.

Selain keutamaan-keutamaannya yang telah ditetapkan dalam ajaran Islam, hari Jumat menjadi salah satu hari yang paling ditunggu oleh beberapa anak kos-kosan, khususnya di wilayah Yogyakarta.

Ya, biasanya setelah ibadah shalat Jumat selesai, beberapa Masjid di wilayah Yogyakarta akan menyediakan sajian gratis bagi jama’ah-jama’ahnya.

Tapi mungkin agak sedikit tabu jikalau membahas nasi Jumatan. Karena pada hakikatnya shalat Jumat adalah kewajiban bagi kaum muslimin laki-laki.

Tetapi kalau kita balik logikanya ke dengan adanya nasi Jumatan, orang-orang akan semangat untuk berbondong-bondong ke Masjid.

Di lain sisi terdengar rancu karena apabila demikian maka niat untuk pergi ke Masjid melaksanakan ibadah shalat Jumat tidak benar.

Apapun itu, marilah sejenak kita berfikir positif mengenai polemik ini. Seketika dikotomi muncul dari perdebatan tentang status nasi Jumatan.

Tapi mari kita ambil positifnya. Islam mengajarkan kita untuk berdakwah secara baik dan lembut.

Termasuk mengajak orang lain untuk melaksanakan ibadah bukankah itu menjadi bagian dari dakwah sederhana?

Tidak harus muluk-muluk harus berceramah. Sebagaimana para kyai mengajarkan kedisiplinan kepada para santrinya di Pondok Pesantren.

Banyak masjid-masjid di beberapa wilayah menyediakan makanan gratis sebagai bagian dari rahmatan lil ‘alamin.

Tidak hanya saat hari Jumat, selama bulan Ramadhan banyak masjid yang menyediakan takjil gratis.

Kemudian bagaimana dengan seseorang yang mengajak orang terdekatnya untuk berangkat shalat Jumat dengan embel-embel “dapat nasi gratis” ?

Sekilas terlihat salah, namun bisa jadi hal tersebut menjadi salah satu media paling baik dalam berdakwah.

Seperti Sunan Kalijaga yang berdakwah dengan mengakulturasikan budaya lokal dan ajaran Islam.

Pada akhirnya, dibalik perdebatan panjang mengenai anekdot mengajak shalat Jumat dengan embel-embel nasi gratis terdapat hikmah yang sangat fundamental, yaitu hablum minannas.

Shalat Jumat adalah kewajiban bagi setiap laki-laki muslim. Dan nasi Jumatan adalah berkah paralel yang melengkapi strukturasi rahmatan lil alamin di hari Jumat.

Bisa jadi, dengan adanya nasi Jumatan akan menjadi wasilah yang berujung pada hidayah bagi orang-orang yang malas melaksanakan ibadah shalat Jumat.

Mari bersama kita do’akan yang terbaik. Serta bagi yang sudah konsisten melaksanakan shalat Jumat tepat waktu, semoga kualitas ibadahnya semakin meningkat, aamiin. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *