Mengenal Abdurresid Ibrahim, Sosok Ulama Penyebar Islam di Jepang

 Mengenal Abdurresid Ibrahim, Sosok Ulama Penyebar Islam di Jepang

Mengenal Abdurresid Ibrahim, Sosok Ulama Penyebar Islam di Jepang (Ilistrasi/Wikipedia)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Abdurresid Ibrahim ialah sosok Tatar Muslim Alim atau ulama kelahiran Rusia yang memiliki kontribusi dan peran penting dalam penyebaran Islam di Jepang.

Ia dikenal sebagai sosok ulama yang cerdas dan juga sebagai sosok imam besar yang amat berjasa bagi masyarakat muslim di Jepang.

Selain seorang ulama, Abdurresid Ibrahim juga berprofesi sebagai seorang jurnalis. Ia juga seorang penjelajah yang menginisiasi gerakan muslim di awal abad ke-20 guna menyatukan Tatar Krimea.

Ia juga sempat mengunjungi Jepang pada Era Meiji dan merupakan imam pertama dari Tokyo Camii atau Masjid Tokyo.

Karena jasanya yang begitu besar terhadap masyarakat muslim Jepang, hingga hari ini sosoknya masih terkenang abadi bagi muslim setempat.

Ia lahir pada 23 April 1857 di Kota Tara, Distrik Tarski, Siberia Barat yang sekarang menjadi pusat administratif Distrik Tarski, Omsk Oblast. Nama aslinya adalah Abdrashit Gumerovich Ibragimov.

Diketahui bahwa ia juga berdarah Turki, keluarganya merupakan keluarga Tatar-Turki. Ia mulai belajar di madrasah sejak berusia tujuh tahun.

Nampaknya, semangatnya untuk menyiarkan ajaran agama Islam mungkin ia warisi dari kakek buyutnya yakni Gabdrashit yang juga merupakan salah satu pendiri masjid batu di Kota Tara.

Ibrahim pertama kali tiba di Jepang pada tahun 1900 setelah berkeliling Asia dan menerbitkan risalah sebanyak dua volume berjudul Dunia Islam.

Dia mengamati situasi sosial ekonomi masyarakat sekitar dan mendakwahkan Islam kepada mereka serta mendirikan asosiasi untuk meraih tujuan tersebut.

Bahkan setelah 78 tahun wafatnya, ia tetap menjadi kekuatan pemersatu komunitas muslim di Jepang.

Dia melanjutkan perjalanan ke Istanbul untuk melanjutkan pendidikannya dan kembali pada tahun 1884 setelah mempelajari ilmu-ilmu Islam selama lebih dari empat tahun di Madinah.

Setelah bertemu dengan intelektual seperti Ahmed Vefik Pasha dan Muallim Naci, ia menulis artikel untuk surat kabar Umran berjudul Masa Depan Muslim Rusia.

Abdurresid Ibrahim yang melakukan perjalanan ke Eropa pada tahun 1896 dan menjelaskan masalah umat Islam di Rusia, meninggalkan Istanbul pada tahun 1897 dan mengunjungi Palestina, Hijaz dan Mesir.

Dia kemudian melakukan perjalanan melalui Italia, Austria, Prancis, Bulgaria, Yugoslavia dan Rusia Barat sebelum mencapai Jepang melalui Kaukasus dan Siberia.

Kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang tahun 1904-1905 juga turut berdampak pada masyarakat muslim di bawah kekuasaan Rusia.

Di Tokyo, tempat tinggalnya, Ibrahim mendakwahkan Islam kepada beberapa negarawan Jepang dengan menjalin hubungan dengan keluarga kekaisaran.

Dia mendirikan asosiasi bernama ‘Ajia Gikai’ untuk mempromosikan Islam di Jepang dan berusaha membangun sebuah masjid di Tokyo.

Setelah turunnya Sultan Utsmaniyah Abdulhamid II, ia menunda keinginannya untuk membangun masjid dan melakukan perjalanan ke Korea pada tahun 1909.

Dia kembali ke Istanbul pada tahun 1910 dan memberi tahu orang-orang Ottoman tentang Jepang.

Ibrahim, yang pernah tinggal di provinsi Konya selama tahun-tahun awal di Turki, mulai melakukan perjalanan lagi setelah hidup menyendiri di sana.

Ketika musafir itu kembali ke Jepang pada tahun 1933, ia mulai membangun sebuah masjid pada tahun 1934, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Tokyo atau Tokyo Camii di ibu kota.

Dengan orang Jepang yang kaya menutupi pengeluaran pembangunan masjid, akhirnya masjid tersebut selesai pada tahun 1938.

Kemudian ia ditunjuk sebagai imam atau pemimpin salat pertama masjid tersebut.

Tokyo Camii, warisan spiritual Ibrahim yang meninggal 78 tahun yang lalu pada 17 Agustus 1944, mempromosikan harmoni dan persatuan masyarakat Islam Jepang.

Abdurresid Ibrahim wafat pada 17 Agustus 1944 dan tahun ini adalah peringatan 78 tahun kepergiannya. Hingga kini, masyarakat muslim Jepang masih mengadakan prosesi penghormatan semacam haul untuk memperingati hari wafatnya.  []

Lutfi Maulida

Saat ini aktif di Komunitas Puan Menulis dan Komunitas Santri Gus Dur Yogyakarta. Perempuan yang menyukai bacaan, film/series dan kuliner. Dapat disapa melalui Instagram @fivy_maulidah dan surel lutfimaulida012@gmail.com

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *