Mempelajari Kerukunan antar Umat Beragama di Palestina
HIDAYATUNA.COM – Saat ini, saudara-saudara kita yang beragama kristiani sedang merayakan hari raya Natal dan Tahun Baru 2024. Tentu saja kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi toleransi dan kebersamaan turut bersuka cita atas kebahagiaan tersebut. Untuk itu, marilah kita belajar tentang toleransi ke salah satu kota paling disucikan di dunia yaitu Yerussalem.
Yerussalem adalah kota yang disucikan oleh umat Islam, Kristen dan Yahudi di seluruh dunia. Di sana, terdapat Masjidil Aqsa, Gereja Makam Kudus serta Tembok Ratapan yang letaknya saling berdekatan. Itulah sebabnya mengapa Yerussalem mejadi kota yang paling diperebutkan hingga saat ini.
Tapi, pada kesempatan kali ini kita tidak akan membahas Yerussalem, melaikan ada sebuah makna tersirat yang digambarkan melalui tiga tempat yang disucikan oleh tiga agama tersebut, yaitu kerukunan antar umat beragama.
Palestina hingga saat ini belum merasakan kemerdekaan tanah air mereka. Mereka menjadi satu-satunya pengamat non-anggota yang bukan negara merdeka di PBB. Bisa dikatakan, mereka adalah satu-satunya negara belum merdeka yang pernah mendapatkan kesempatan berbicara di Sidang Majelis Umum PBB.
Indonesia sebagai salah satu negara yang konsisten menyuarakan kemerdekaan Palestina memiliki beberapa kesamaan dengan Palestina. Selain sama-sama mayoritas Islam, Indonesia dan Palestina sama-sama menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama sebagai pondasi kebangsaan.
Umat beragama di Palestina dijamin secara konstitusi untuk menjalankan aktivitas keagamaan sesuai keyakinan mereka masing-masing. Bahkan beberapa kota di Palestina seperti Ramallah, Betlehem dan Nazaret saat ini dipimpin oleh seorang walikota Kristen, mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut karena saling menghormati satu sama lain.
Selain itu, ketika perayaan hari keagamaan masing-masing juga saling bahu membahu bersuka cita di tengah ancaman ketegangan Palestina dan Israel. Umat Kristen Palestina berbagi kurma dan hadiah ketika Ramadhan dan Idul Fitri tiba, begitu pula ketika Natal, umat Islam Palestina ikut memeriahkan perayaan Natal di Palestina.
Di Jalur Gaza, terdapat Masjid Katib Wilayah dan Gereja Ortodoks Yunani St. Porfirius yang saling berdampingan. Sangat disayangkan karena saat ini Gereja St. Porfirius harus hancur karena terkena rudal serangan Israel. Gereja ini merupakan gereja tertua ketiga di dunia yang memiliki sejarah panjang selama ratusan tahun.
Banyak sekali kisah inspiratif yang berkaitan dengan toleransi antar umat beragama dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua. Di antaranya adalah kisah seorang pemuda Kristen yang konsisten membagikan kurma gratis ketika bulan Ramadhan. Selain itu terdapat keluarga muslim yang menjaga kunci Gereja Makam Suci Yerussalem selama bertahun-tahun.
Perlu di tekankan juga bahwa tidak semua orang Yahudi pro Zionisme, ada beberapa sekte Yahudi yang pro terhadap kemerdekaan Palestina, salah satunya adalah kelompok Yudaisme Ultra-Ortodoks Haredi. Walaupun Zionisme mengatasnamakan agama sebagai tameng, tapi kejahatan yang mereka lakukan adalah kejahatan kemanusiaan yang dilarang agama apapun.
Selain Islam, Kristen dan Yahudi, beberapa kepercayaan minoritas seperti Samaria dan Druze. Karena itu, nilai persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan keyakinan, ras dan suku menjadi aspek utama yang mempersatukan rakyat Palestina.
Rasa persatuan tersebut menjadi sesuatu yang berharga yang dapat dipelajari oleh masyarakat Indonesia hari ini. Karena tanpa adanya persatuan dan kerukunan antar umat beragama, cita-cita kemerdekaan tidak dapat dicapai secara maksimal.