Malam Nisfu Sya’ban, Apa Istimewanya?

 Malam Nisfu Sya’ban, Apa Istimewanya?

Isra’ Mi’raj: Peristiwa Suprarasional yang dapat Dihayati Melalui Pendekatan Imani (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Nisfu Sya’ban adalah malam yang dihormati oleh umat Islam karena dianggap sebagai waktu yang sangat berharga dalam agama Islam. Malam ini jatuh pada tanggal 7/3 pada tahun 2023, pada hari ke-15 di bulan Syaban.

Bulan Sya’ban sendiri dianggap istimewa karena memiliki banyak cabang kebaikan yang dapat dilakukan oleh umat Islam.

Menurut NU Online, kata “Syaban” diambil dari kata “syin”, “ain”, dan “ba'” yang semuanya memiliki arti cabang, seperti pohon yang memiliki banyak cabang dan ranting.

Oleh karena itu, di bulan Sya’banada banyak cabang kebaikan yang dapat dilakukan.

Malam Nisfu Sya’ban menjadi salah satu waktu yang dimuliakan dalam kepercayaan Islam, dan umat Islam dianjurkan untuk melakukan beberapa amalan saleh seperti berzikir dan shalat, terutama shalat tasbih, yang dilakukan setelah shalat Isya berjamaah.

Amalan ini juga dianjurkan pada malam-malam tertentu seperti awal malam bulan Rajab, malam Jumat, serta Idulfitri dan Iduladha. Kitab Qalyûbî wa ‘Umairah juga menyarankan agar malam hari raya, seperti Idulfitri dan Iduladha, dihidupkan dengan berzikir dan shalat.

Nisfu Sya’ban memiliki banyak nama yang menunjukkan keistimewaan dan kemuliaannya, seperti lailatul bara’ah yang berarti malam pembebasan atau pengampunan dari Allah SWT terhadap umat Nabi Muhammad SAW.

Pada malam ini, banyak dosa kecil yang dapat diampuni. Melalui amalan saleh dan zikir pada malam Nisfu Sya’ban, umat Islam dapat memperoleh keberkahan dan pahala dari Allah SWT.

Oleh karena itu, malam Nisfu Sya’ban perlu dimuliakan agar hati dan perasaan menjadi suci dalam menyambut bulan Ramadan.

Berikut doa menyambut Nisfu Sya’ban:

 

اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ

Allâhumma yâ dzal manni wa lâ yumannu ‘alaik, yâ dzal jalâli wal ikrâm, yâ dzat thawli wal in‘âm, lâ ilâha illâ anta zhahral lâjîn wa jâral mustajîrîn wa ma’manal khâ’ifîn. Allâhumma in kunta katabtanî ‘indaka fî ummil kitâbi syaqiyyan aw mahrûman aw muqtarran ‘alayya fir rizqi, famhullâhumma fî ummil kitâbi syaqâwatî wa hirmânî waqtitâra rizqî, waktubnî ‘indaka sa‘îdan marzûqan muwaffaqan lil khairât. Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fî kitâbikal munzal ‘alâ lisâni nabiyyikal mursal, “yamhullâhu mâ yasyâ’u wa yutsbitu, wa ‘indahû ummul kitâb” wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammad wa alâ âlihî wa shahbihî wa sallama, walhamdu lillâhi rabbil ‘alamîn.

Artinya:

“Wahai Tuhanku yang maha pemberi, Engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut.

Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku.

Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufik untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.

Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *