Jangan Hidup Seperti Kaum Yahudi
HIDAYATUNA.COM – Cerita tentang kaum Yahudi, banyak dari kita yang sudah mengetahui tapi tak kunjung dipahami. Padahal sebenarnya esensi dari sebuah ilmu adalah dipahami bukan hanya ‘sekadar’ atau ‘pura-pura’ dimengerti. Mengerti hanya ada di dalam kelas atau majelis.
Ketika lepas dari majelis, ilmu akan segera ambyar karena tidak dimasukkan dalam hati, otak saja yang bekerja. Beda halnya dengan dipahami, dibawa kemana pun akan tetap bertahan karena hati yang bermain.
Ada sebuah kisah dari kaum Yahudi untuk mengingatkan agar kita dijauhi dari sifat dan watak seperti mereka. Hari Sabtu merupakan hari besarnya kaum Yahudi. Saat itu Allah SWT. menguji kaum Yahudi untuk tidak mencari atau menangkap ikan pada hari Sabtu.
Permainan itu tidak sekadar perintah saja, tetapi Allah mengujinya dengan membuat ikan-ikan di laut bertebaran dan melompat-lompat. Pemandangan itu membuat mata kaum Yahudi tertarik dan ingin menangkapnya.
Tibalah akhirnya tipuan itu berhasil menghasut kaum Yahudi sehingga lupa mendirikan salat pada hari besarnya kaum Yahudi. Allah SWT. yang melihat perilaku itu langsung memberikan siksaan kepada kaum Yahudi hingga berubah menjadi monyet dan setelah tiga hari dibuat mati.
Kita selaku umat Muhammad yang mendapat negosiasi penuh dan spesial harus mengikuti anjuran yang telah Allah SWT tetapkan. Banyak dari kita lalai ketika hari Jumat tiba. Berbondong-bondong melakukan pekerjaan karena nanggung belum selelsai akhirnya dituntaskan dan terlambat salat Jumat.
Bukan tentang negosiasi yang dibicarakan, tapi Allah SWT. telah memperingatkan untuk tidak sepenuhnya bekerja ketika hari Jumat. Lantaran harus menunaikan salat Jumat yang hukumnya fardhu ain tersebut, setiap orang harus melakukannya.
Meskipun jika berhalangan salat Jumat, bisa diganti salat zuhur. Namun keringanan ini ada batasnya, kalau sudah tiga kali berturut-turut meninggalkan salat Jumat, tidak ada lagi nego yang didapat melainkan siksaan yang amat sangat pedih. Jadi berlakukalah adil pada waktu.
Kaum Yahudi Mengubah Isi Kitab Suci
Kedua, kebiasaan orang Yahudi selanjutnya adalah mengubah isi kitab Taurat karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Dalam kitab Taurat menerangkan bahwa akan ada Nabi akhir zaman (Nabi Muhammad) pun sifat-sifatnya dijelaskan semua.
Tapi kaum Yahudi malah mengubah isi tersebut dan mengatasnamakan Tuhan atas kepongahannya. Setelah diubah lalu diberitahukan pada kaum muslim kebenarannya begini dan begitu. Mereka mengubahnya karena ada sogokan berupa uang.
Pada tahun ini, dunia dikenal dengan zaman teknologi bukan lagi zaman kertas seperti kisah-kisah pendahulu. Akses informasi bisa dengan mudah didapat entah kebenarannya terjamin atau tidak saya kurang tahu. Namun yang terpenting, masyarakat telah terhipnotis dengan hadirnya teknologi ini.
Mereka menyerap semua informasi yang diterima, tidak bisa memilah-memilih mana yang sekiranya bisa dijadikan acuan sekaligus pacuan. Apalagi sekarang berita hoaks bertebaran di mana-mana dan inilah permainan media untuk menghancurkan orang-orang secara perlahan. Mereka berbondong-bondong mencari kesalahan bukan memperbaiki yang telah dilakukan.
Coba telaah negeri kita, Indonesia, di setiap sudut pasti ada perpecahan. Selalu ada kericuhan, sealu ada keributan baik karena kepentingan politik atau kekuasaan. Meminjam kata Ir. Soekrno, perjuanganku lebh mudah karena menghadapi para penjajah dan perjuanganmu lebih sulit karena menghadapi bangsamu sendiri.
Jadi cara paling jitu saat ini agar tidak terjadi lagi gunjingan dan gonggongan tak bermoral, kita harus pandai-pandai mencari celah dan menetralisir kejadian tidak langsung membenarkan apa yang telah didapat. Sebuah kesadaran pribadi adalah pelecut utama. Bersikaplah sewajarnya dan hadapilah semampunya, bukan bersikaplah seenaknya dan hadapilah sekuatnya.