Gus Baha’ Disebut Sebagai Penjaga Turats Islam
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri dan juga Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, KH Imam Jazuli, Lc., M.A sebut ulama kharismatik Nusantara, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha’) sebagai penjaga Turats Islam.
“Beliau (Gus Baha’) adalah penjaga turats Islam,” kata Imam Jazuli dalam tulisannya yang dimuat di Tribun, sebagaimana dikutip Hidayatuna.com, Kamis (28/5/2020).
Ia menyebut ulama yang merupakan putra dari KH. Nur Salim, pengasuh pondok pesantren al-Quran, Kragan, Narukan, Rembang itu sangat menguasai detail dengan khazanah intelektual Islam sejak awal abad Hijriah hingga sekarang.
“Terminologi turats mengacu kepada seluruh khazanah intelektual Islam sejak awal abad Hijriyah hingga perkembangan mutakhir yang sudah berusia 14 abad lebih ini,” sambungnya.
Menurut dia, saat ini langka atau tidak banyak ulama muda NU yang berjuang di wilayah turats klasik ini. Satu-satunya ulama muda yang fasih mengenai turats klasik ini yakni adalah Gus Baha’.
Bahkan ia menyebut ulama muda kelahiran 1970 itu tampaknya melanjutkan wacana yang pernah dikumandangkan Guru Besar Universitas al-Azhar, Mesir, Prof. Dr. Ahmad Thayeb yang mengagungkan tentang turats Islam.
“Wacana kembali pada turats sempat dikumandangkan oleh Prof. Dr. Ahmad Thayeb, Universitas al-Azhar, Mesir, sebagai kekuatan tunggal umat muslim,” jelasnya.
Karena mayoritas umat muslim sudah mengabaikan urgensi menjaga turats Islam ini, menurut Grand Syeikh Al-Azhar itu, banyak negara Islam dan kampus-kampus Islam di seluruh dunia tertinggal di belakang dibanding Barat.
“Selalu membebek buta dan terbelalak kagum pada segala pencapaian Barat,” ungkapnya.
Untuk itu, kata Imam Jazuli, di Indonesia, Gus Baha’ tampil sebagaimana diharapkan oleh Dr. Ahmad Thayeb. “Bisa dibilang, Gus Baha’ adalah representasi ulama Nusantara yang patut diandalkan,” tandasnya.