Bagi Imam Syafi’i Nikmat Makrifat adalah Paling Utama

 Bagi Imam Syafi’i Nikmat Makrifat adalah Paling Utama

Imam Syafii (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Ulama besar Islam abad ke-8 Masehi, Imam Syafi’i menilai bahwa nikmat paling utama dari Allah Swt. adalah nikmat makrifat. Menurutnya nikmat makrifat lebih dari segala-galanya.

Mengenai nikmat makrifat ini banyak diungkapkan Imam Syafi’i melalui syair-syairnya.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh ulama kharismatik, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha).

Ia menjelaskan jika umumnya orang mendefinisikan nikmat dari Allah adalah berupa nikmat kesehatan dan memiliki uang yang banyak, namun kalau Imam Syafi’i dalam ceritanya justru nikmat paling agung adalah nikmat makrifat.

“Saya punya syairnya Imam Syafi’i banyak. Ketika beliau cerita orang-orang baik terus cerita roja‘-nya kepada Allah,” kata Gus Baha dalam video yang diunggah akun Instagram @ngajikyaii.

Gus Baha pun melanjutkan kisah yang diceritakan oleh Imam Syafi’i.

“Diantara kalimatnya begini “Ya Allah pemberian Engkau terbaik kepada saya adalah karena saya berkeyakinan bahwa Engkau adalah Tuhan yang dzul a’la yang banyak memberi nikmat. Tapi yang disyukuri Imam Syafi’i bukan nikmatnya. (Tapi) makrifat kepada Allah itu (disebutnya) dzul a’la,” sambungnya.

Hal ini tentu berbeda dengan orang awam pada umumnya. Yang disebut mendapat nikmat karena bentuk nikmat yang fisikal (yang bisa langsung dirasakan). Situasi itu menurut Gus Baha menunjukkan level seseorang.

“Kalau kalian kan tidak, syukur kepada Allah dzul a’la sebab kalian mendapat nikmat. Maqomnya kalian kan begitu. Kalau Imam Syafii tidak. Beliau syukurnya kepada Allah sebab mengetahui (ma’rifah),” ujarnya.

Jadi lanjut Gus Baha, syukur pertama itu adalah lil ma’rifat (syukur karena mengetahui). Kemudian baru syukur untuk yang kesekian karena memiliki uang atau kekayaan.

“Ilmu itu akan dikontrol oleh ulama berikutnya. Itu tadi contohnya dunia dikritik habis-habisan, tapi ternyata dunia itu (masih) ada sisi baiknya. Kalian masuk surga itu nanti ya karena berkahnya referensi perilaku kamu di dunia,” tandasnya. []

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *