AS Buka Konsulat Yerusalem, Israel Berang, Palestina Dukung Penuh

 AS Buka Konsulat Yerusalem, Israel Berang, Palestina Dukung Penuh

Mahmoud Abbas dan Paus Fransiskus Rembug Nasib Yerusalem (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yerusalem — Israel menentang pembukaan kembali konsulat AS di Yerusalem yang beberapa tahun terakhir ditutup. Penentangan itu dilakukan Israel pada Ahad (7/11).

Sementara di sisi lain, pihak Palestina mendukung penuh atas upaya pembukaan kembali konsulat AS di Yerusalem. Hal itu terindikasi dengan pulihnya misi diplomatik Washington untuk Palestina.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan pihaknya memandang pembukaan kembali konsulat itu sebagai bagian dari komitmen komunitas internasional untuk mengakhiri pendudukan Israel selama puluhan tahun atas wilayah yang oleh Palestina dicita-citakan sebagai negara masa depan mereka.

Kementerian Luar Negeri Palestina menyatakan, “Yerusalem Timur adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah Palestina yang diduduki dan merupakan ibu kota negara Palestina. Israel, sebagai kekuatan pendudukan, tidak berhak memveto keputusan pemerintah AS.”

Sementara pernyataan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan bahwa tidak ada ruang di Yerusalem untuk misi Amerika lainnya. “Tidak ada ruang untuk konsulat Amerika lainnya di Yerusalem. Yerusalem adalah ibu kota satu negara dan itu adalah negara Israel,” tandasnya Sabtu (6/11) malam.

Rencana Pembukaan Yerusalem

Pada pemerintahan Trump konsulat AS di Yerusalem sudah lama ditutup. Trump memfungsikan kota itu sebagai kedutaan de facto untuk Palestina. Namun, Menteri Luar Negeri Antony Blinken telah berjanji untuk membukanya kembali, sebuah langkah yang menurut Israel akan menantang kedaulatannya atas kota itu. Pembukaan kembali misi diplomatik itu diharapkan dapat membantu memperbaiki hubungan AS dengan Palestina yang terputus semenjak kepemimpinan Trump.

Dalam konferensi pers, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengulangi posisi Israel di Yerusalem. Dia menyarankan agar konsulat Amerika itu dibuka di pusat administrasi Palestina di Ramallah, Tepi Barat.

Menlu Israel, Yair Lapid juga mengatakan, mengenai konsulat Amerika, “seperti yang kami berdua katakan, ini bukan masalah politik dan stabilitas politik, ini adalah penolakan berprinsip dari Negara Israel terhadap pembukaan konsulat di Yerusalem. Sudah ada kedutaan Amerika (di Yerusalem), dan jika mereka ingin membukanya di Ramallah, kami tidak punya masalah dengan itu.”

Warga Palestina menolak gagasan itu karena hal itu akan mengacaukan klaim mereka atas Yerusalem. Presiden Donald Trump telah menurunkan operasi konsulat AS itu dan menempatkannya di bawah Kedutaan Besar AS untuk Israel ketika dia memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke kota suci aitu pada tahun 2018. Pemindahan kedutaan membuat marah Palestina yang kemudian memutuskan sebagian besar hubungan dengan pemerintahan Trump.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken belum memberikan tanggal pasti untuk pembukaan kembali konsulat itu dan para pejabat AS telah menyiratkan bahwa perlawanan Israel terhadap langkah tersebut dapat menjadi penghalang.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *