Apakah Nabi Muhammad juga Cinta Tanah Air?

 Apakah Nabi Muhammad juga Cinta Tanah Air?

Meraih Ketenangan Jiwa dengan Bershalawat Kepada Rasulullah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Persoalan tentang cinta tanah air di Indonesia pernah dipermasalahkan oleh sebagian kelompok. Hal ini dikarenakan menurut mereka, kelompok yang cinta tanah air terlalu berlebihan dalam menyanjung dan membela tanah airnya. Mereka yang cinta tanah air dianggap tidak berdasar dalil pada nas yang shahih.

Namun pandangan ini menurut penulis perlu diklarifikasi ulang. Karena cinta terhadap tanah air memiliki argumen yang kuat untuk diaplikasikan oleh setiap muslim di mana pun mereka berada. Argumen ini tidak hanya pada perkataan para ulama saja, melainkan pada realita sejarah yang pernah dilakukan Nabi Muhammad saw.

Semua umat Islam meyakini bahwa yang menjadi suri teladan dalam hidup di muka Bumi ini dan yang patut diteladani ialah Nabi Muhammad. Segala tindak tanduknya menjadi uswah bagi semua umatnya. Dari kehadirannya hingga hari akhir nanti. Salah satunya teladan akan cinta tanah air.

Peristiwa masa kehidupam nabi inilah yang telah disepakati sebagai nas atau dasar tertinggi umat Islam. Hadis dianggap oleh semua umat Islam sebagai dasar hukum yang valid setelah Al-Qur’an. Dari sumber hadis inilah ditemukan dasar akan cinta tanah air.

Dikisahkan ketika Rasulullah saw saat perjalanan hijrah bersama sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq yang dilakukan sekitar tahun 622 H. Peristiwa hijrah ini diperintahkan Allah Swt karena Nabi saw sedang memuncaknya intimidasi dan diskriminasi dari pihak kafir Quraish.

Peristiwa upaya pengusiran Nabi saw ini disinggung dalam Al-Qur’an Q.S. Muhammad ayat 13:

وَكَاَيِّنْ مِّنْ قَرْيَةٍ هِيَ اَشَدُّ قُوَّةً مِّنْ قَرْيَتِكَ الَّتِيْٓ اَخْرَجَتْكَۚ اَهْلَكْنٰهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ

Artinya:

“Dan betapa banyak negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang pun yang menolong mereka.”

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad saw diperintahkan hijrah ke Madinah. Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid, Abu Ya’la, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu ‘Abbas, ketika di tengah-tengah perjalanan, tepatnya di tengah-tengah perbatasan Kota Makkah beliau sempat menoleh ke belakang melihat Kota Makkah.

Dari situ kemudian Rasulullah berkata,

“Engkau (Mekkah) adalah negeri Allah yang paling aku cintai dan kalau penduduknya tidak mengusirku, tentu aku tidak akan meninggalkan engkau.”

Dari riwayat ini naluri seorang Nabi Muhammad saw yang mencintai tanah kelahirannya. Tanah suci yang diagungkan oleh Allah swt. Tentu hal ini juga dialami juga dengan umumnya umat manusia. Mencintai tanah kelahirannya masing-masing.

Meski sebagai naluri, kecintaan pada tanah air yang sebagaimana dirasakan Nabi saw. Tentu hal ini juga bisa dijadikan sebagai tolok ukur. Yang mana beliau sebagai suri teladan, pasti juga memberikan teladan yang baik. Sehingga dengan teladan inilah yang nantinya bisa diikuti oleh setiap umatnya.

Perasaan akan cinta tanah air ini juga dirasakan oleh Nabi Ibrahim as. Sebagaimana kecintaan beliau terhadap tanah kelahirannya. Dengan cinta itu, beliau berdoa memohon kepada Allah Swt agar negaranya dijadikan sebagai negara baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur yang terekam dalam QS. al-Baqarah ayat 126:

وَاِذۡ قَالَ اِبۡرٰهٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارۡزُقۡ اَهۡلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡهُمۡ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ‌ؕ قَالَ وَمَنۡ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّهٗۤ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ‌ؕ وَبِئۡسَ الۡمَصِيۡرُ‏

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,

Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.

Dari peristiwa dan penjelasan di atas, tampaklah argument akan cinta tanah air memiliki dasar yang kuat, baik dari sisi sejarah maupun nas Alquran. Dengan demikian mencintai tanah air tidak lagi hanya anjuran, melainkan lebih dari itu yakni kewajiban bagi setiap warga negara untuk mencintai tanah airnya.

Sebagai warga negara Indonesia kita diwajibkan untuk mencintai tanah air Indonesia. Tanah air tempat kita dilahirkan dan dibesarkan. Sehingga patutlah kita memiliki kewajiban menjaga dan merawatnya.

Thoriqul Aziz

Thoriqul Aziz merupakan peserta Lomba Menulis Artikel Hidayatuna.com, artikel tersebut adalah tulisan yang lolos ke tahap penjurian sebelum penetapan pemenang.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *