Titik Temu Agama dan Filsafat

 Titik Temu Agama dan Filsafat

Titik Temu Agama dan Filsafat

HIDAYATUNA.COMAgama dan filsafat mungkin dianggap bertolak belakang oleh sebagian orang terutama pada masa lalu. Padahal keduanya saling berkaitan. Sebagaimana agama untuk jalan hidup manusia di dunia dan di akhirat, filsafat juga sebagai jalan hidup manusia di dunia.

Titik temu agama dan filsafat ini diabadikan dalam buku berjudul Mendamaikan Agama dan Filsafat karya Ibnu Rusyd. Mengutip pendapat Aksin Wijaya dalam kata pengantar buku yang diterjemah karya Ibnu Rusyd, bahwa munculnya gugatan para pemikir muslim kontemporer terhadap ilmu agama dan ilmu rasional, layak kita kaji pemikiran Ibnu Rusyd yang mencoba mendamaikan dua disiplin ilmu ini.

Pada tahun 1182, Ibnu Rusyd pada masa khalifah Abu Ya’kub Yusuf diangkat sebagai tim dokter. Kemudian diangkat sebagai ketua hakim Cordova, sebuah jabatan yang dipegang oleh kakeknya. Tidak hanya itu, Ibnu Rusyd terkenal dengan komentator Aristoteteles karena upayanya menjelaskan pemikiran aristoteles yang masih gelap.

Masa hidup Ibnu Rusyd penuh lika liku, ia difitnah sebagai orang yang kafir dan zindiq karena kesibukanya mempelajari buku-buku filsafat Yunani. Atas fitnah tersebut seluruh karya-karya dibakar dan dipenjara oleh Khalifah yang memerintah dinasti muwahidin pada waktu itu.

Beberapa tahun kemudian Ibnu Rusyd bebas. Pada tanggal 10 Desember 1198 Ibnu Rusyd meninggal dunia di usia 72 tahun. Ia dimakamkan di Maroko dan kerangknya dipindahkan ke Cordoba.

Karya-karya Ibnu Rusyid yang Berkaitan dengan Filsafat

Ibnu Rusyd adalah orang yang produktif. Hal itu terbukti dari karya-karyanya dalam berbagai bidang seperti kalam, fikih, kedokteran terutama filsafat. Karya-karyanya seperti, tahafut al-tahafut, al-Kasyfʽan, Fashl al-Maqal fi ma Baina al-Hikmah wa al-Syari’ah, al-Kuliiyat altibb, kitab a-lNafsi, al-Hayawan, bidayat al-Mujtahid,al-Dharuri fi al-Mantiq dan ­al-tashil.

Diantara karya Ibnu Rusyd di atas yang menjelaskan tentang pemikirannya dalam bidang filsafat adalah Fashl al-Maqal Maqal fi ma Baina al-Hikmah wa al-Syari’ah terutama tentang agama dan filsafat yang selama dipahami secara teksual bagi orang yang anti filsafat sehingga keduanya seakan-akan bertentangan.

Dalam kitabnya tersebut Ibnu Rusyd secara detail menjelaskan titik temu agama dan filsafat. Itulah yang kemudian oleh George F. Hourani di ulas secara khusus dalam sebuah buku Averroes On The Harmony and Phylosophy.

Menurut Ibnu Rusyd antara agama dan filsafat tujuannya sama yakni menemukan kebenaran. Sebab, kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran (demonstrative truth and scrips tural truth cannot conflict). Filsafat tidak berisi suatu yang bertentangan dengan Islam karena keduanya seperti saudara sepersusuan.

Menurut fatah Rusyd  dalam bukunya Paradigma Filsafat Pendidikan Islam, hal yang demikian bisa terjadi karena sumber akal dan wahyu adalah satu, maka tidak mungkin keduanya saling bertentangan bahkan saling membantu. Hanya saja wahyu berada di atas akal, maka filsafat harus tinduk pada agama.

Mendamaikan Agama dan Filsafat

Ibnu Rusyd juga menyatakan bahwa perbedaan antara agama dan filsafat sesungguhnya masih bisa didamaikan apabila kita mau memenuhi ketentuan alquran khususnya surah Ali-Imran [3]: 7 yang jelas membedakan ayat-ayat mutasyaabihat.

Menurut Ibnu Rusyd, semua kontroversi yang melibatkan para teolog dan filsuf pada hakikatnya bermula dari ayat-ayat mutasyabihat. Hal yang demikian berimplikasi pada teori bi la kaifa atau agnostisisme kompartif.

Benang merah untuk mengatasi kata kunci hal tersebut menurut Ibnu Ruysd adalah mematuhi ketentuan interpretasi (ta’wil). Yakni yang dianjurkan oleh alquran dan diamalkan oleh ahli fikih generasi awal.

Sedangkan mengenai penafsiran ayat-ayat alquran yang bermakna ganda, Ibnu Rusyd yakin bahwa hanya orang-orang filsuf yang sanggup melakukannya. Sebab hanya Tuhan dan orang-orang yang mendalami ilmunya yang bisa mengetahui.

Namun, menurut Oliver leaman menulis dalam bukunya yang berjudul A brief Introduction to Islamic Philosophy bahwa filsuf Andalusia yang paling radikal adalah Ibnu Rusyd karena dalam Fashl al-Maqal ia menegaskan agama dan filsafat tidak pernah kontradiksi.

Akal dan Mujud

Mengutip pendapat Amin Abdullah dalam kata pengantar buku Mendamaikan Agama dan Filsafat karya Ibnu Rusyd, bahwa Ibnu Rusyd menemukan bukti beberap ayat yang berbicara dua hal.

Pertama, mengenai sarana yang digunakan dalam mempelajari sesuatu, termasuk filsafat, yakni akal. Kedua, objek yang dipelajari, yakni mujud. Di antara ayat itu adalah “maka berfikirlah wahai orang-orang yang berakal budi”.

Kalimat “berfikirlah kalian” menandakan keharusan penggunaan akal dalam berfikir. Sementara terkait objek yang diperintahkan untuk dikaji adalah apakah tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah di yang telah diciptakan oleh Allah.

Ayat tersebut berbicara tentang keharusan penggunaan akal yang diarahkan pada maujud atau realitas. Baik realitas alam material, realiatas sosial kemanusiaan atau realitas spritualitas ketuahanan. Beranjak dari argumen alquran tersebut, di sini terlihat dengan jelas pandangan positif wahyu sebagai sumber asasi agama terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, antara agama dan filsafat keduanya tidak saling bertentangan. Sebab kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran yang lain. Keduanya pasti sejalan, yang satu bahkan menjadi saksi untuk yang lain.

Teladan yang diambil dari perjalan hidup Ibnu Rusyd menjadi motivasi untuk kita semua, meskipun ia difitnah, karyanya dibakar, hingga dipenjara. Namun itu semua tak melunturkan semnagatnya untuk membuktikan pemikirannya bisa diterima. Wallahu a’lam

Nafilah Sulfa

https://hidayatuna.com/

Penulis adalah santri aktif Pondok Pesantren Ziyadatut Taqwa Pamekasan Madura, dan Mahasiswi Ilmu Alquran dan Tafsir semester akhir di IAIN Madura. Pegiat kajian Feminisme.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *