Teladan al-Ghazali dalam Menghargai Ilmu dari Luar Sumber Islam
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Cendekiawan Muslim Indonesia, Ahmad Baso mengingatkan umat Islam di Indonesia untuk bisa menghargai dan menghormati ilmu-ilmu yang baik, sekalipun sumber ilmu tersebut bukan berasal dari sumber Islam.
Dalam kasus ini, Ahmad Baso memberikan contoh, tentang bagaimana ulama besar dunia, yakni Imam al-Ghazali dalam menghargai ilmu-ilmu dari luar Islam digunakan sebagai sumber rujukan dalam menulis karyanya.
“Ada banyak ulama Persia, di antaranya Imam al-Ghazali, panutan ulama kita, yang dipengaruhi oleh kultur dan peradaban Persia,” ungkap Ahmad Baso dalam bukunya berjudul “Islam Nusantara Jilid 1” dikutip Senin (17/4/2023).
Orang-orang Persia kata Baso, sangat mengagumi karakter pemimpin adil mereka yang bernama Raja Anusyarwan. Ia hidup dan berkuasa di masa Rasulullah terlahir ke dunia.
“Imam al-Ghazali sendiri menulis satu karya dalam bahasa Persia tentang etika politik berjudul at-Tibrul Masbuk fi Nashihatil Muluk yang menampilkan Raja Persia itu sebagai suri teladan bagi umat Islam karena keadilannya,” jelasnya.
Bahkan al-Ghazali dalam karyanya tersebut menyebut si raja non-Muslim itu sebagai sesuatu yang berberkah untuk diikuti dan diteladani.
“Bayangkan, ini adalah ulama selevel Imam al-Ghazali sendiri yang menampilkan ilmu Persianya, ilmu negerinya, dalam membicarakan etika dan moral politik, dan tidak mesti sumbernya itu berasal dari sumber-sumber Islam,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Ahmad Baso melihat, pengalaman Persia yang punya tradisi keadilan dalam politik juga patut disuarakan karena memang sesuai dengan misi Islam di dunia ini.
“Yakni untuk menyebarkan kebaikan dan keadilan atau Islam rahmatan lil ‘alamain,” tandasnya. []