Tafsir al-Ibriz, Karya Monumental KH Bisri Mustofa

 Tafsir al-Ibriz, Karya Monumental KH Bisri Mustofa

Syarat menjadi mufassir (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Tafsir al-Ibriz li Ma’rifat Tafsir Alquran al-Aziz yang berjumlah 30 juz merupakan karya monumental Bisri Mustofa. Penulisan Tafsir al-Ibris tersebut konon dilatarbelakangi oleh Alquran yang telah banyak diterjemahkan oleh beberapa ahli terjemah dengan bahasa yang beragam.

Berangkat dari hal tersebut, kemudian lahirlah sebuah kitab bernama Tafsir al-Ibriz yang ditulis menggunakan bahasa Jawa aksara Arab Pegon.

Sebagaimana tertuang dalam muqaddimahnya di kitab Tafsir al-Ibris, beliau menulis bahwa “Alquran al-Karim sampun katah ingkang dipun terjemah daning para ahli terjemah, wonten ingkang mawi boso Walandi, Inggris, Jerman, Indonesia lan sanes-sanesipun. Malah ingkang mawi tembung daerah, jawi, sunda, lan sakpanunggalanipun ugi sampun katah. Kanti terjemah-terjemah wau, umat Islam saking sedoyo bongso lan suku-suku lajeng katah ingkang saged mangertosi makna lan tegesipun.” (Alquran sudah banyak diterjemahkan oleh para ahli terjemah, ada yang menggunakan bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Indonesia dan bahasa yang lain. Malah ada yang menggunakan bahasa daerah Jawa, Sunda dan bahasa lain yang sudah banyak. Berdasarkan terjemah-terjemah tersebut, umat Islam dari seluruh bangsa dan suku mampu memahami makna dan maksud dari Alquran tersebut).

Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai bentuk ta’dzim terhadap kaum muslimin, khususnya kaum muslim Jawa. Alquran dengan begitu akan lebih mudah dipahami oleh kaum muslim yang menggunakan bahasa Jawa.

Beliau menuturkan dalam muqaddimahnya bahwa, “Kangge nambah khidmah lan usaha ingkang sae lan mulyo puniko, dumateng ngersanipun para mitra muslim ingkang mangertos tembung daerah jawi, kawulo segahaken terjemah tafsir Alquran al-Aziz mawi cara ingkang persaja, enteng, serto gampil pahamanipun”.

Mudah Dipahami

Sumber penafsiran yang digunakan dalam tafsir al-Ibriz sendiri adalah lebih cenderung bi al-Ra’yi karena dalam mejelaskan makna suatu ayat Alquran. KH Bisri Mustafa kerap menggunakan banyak ijtihad.

Walaupun pada beberapa tempat beliau menafsirkan ayat dengan menggunakan bi al-ma’tsur atau riwayat-riwayat. Sedangkan dalam bentuk aplikasi penafsirannya lebih condong ringkas (ijmali).

Kenyataan tersebut setidaknya dapat dilihat dari penjelasannya yang sangat umum dan tidak bertele-tele sehingga mudah untuk dipahami oleh para pembacanya. Akan tetapi, pada beberapa tempat terkadang beliau juga menjelaskan makna suatu ayat dengan uraian-uraian penafsiran yang cukup panjang dan penjelasan deskriptif.

Lain halnya, jika dilihat dari penyusunannya yang mengikuti mushaf utsmani yaitu dari surat al-Fatihah sampai dengan surat al-Nas serta menafsirkan Al-Qur’an secara lengkap 30 juz. Maka Tafsir al-Ibriz bisa dikatakan mengikuti metode tahlili.

Rujukan yang digunakannya dalam menulis tafsir al-Ibriz adalah kitab-kitab tafsir mu’tabarah. Seperti, Tafsir Jalalain, Tafsir Baidhowi, Tafsir Khozin, dan lain sebagainya.

Sebagaimana dikatakan dalam muqaddimahnya: “Dene bahan-bahanipun terjemah tafsir ingkang kawulo suguhaken puniko, amboten sanes inggih namung metik saking tafsir-tafsir mu’tabarah kados Tafsir Jalalain, Tafsir Baidhowi, Tafsir Khozin, lan sakpanunggalinipun”.

Karakteristik Tafsir al-Ibriz

Setiap kitab tafsir umumnya memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikannya berbeda dengan kitab yang lainnya. Begitu juga dengan Tafsir al-Ibriz yaitu Alquran ditulis di tengah dengan makna gandul.

Terjemah tafsirnya ditulis di samping dengan menggunakan tanda nomor ayat yang terletak di akhir, sedangkan nomor terjemah terletak di awal, keterangan-keterangan lain menggunakan tanda: tanbih, faidah, muhimmah.

Tafsir al-Ibriz mendapatkan pujian dari beberapa ulama seperti Hasby Ash-Shiddiqi, Khadijah Nasution dan sarjana belanda Martin Van Bruinessen. Ada juga seorang profesor muda ahli tafsir dan hadis keturunan India kelahiran singapura yang bernama Muhammad Shahab Ahmed.

Ia menyatakan ketertarikannya mempelajari Tafsir al-Ibriz. Bahkan, beliau merekomendasikan Tafsir al-Ibriz ini sebagai salah satu koleksi di perpustakaan Universitas Harvard.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *