Sisi Tasawuf Berhaji

 Sisi Tasawuf Berhaji

Ibadah Haji (Ilust/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Bulan ini menjadi bulan yang membawa berkah bagi umat muslim di dunia, termasuk di negeri ini. Hal ini lantaran, di tahun ini rukun Islam yang terakhir yaitu berhaji boleh kembali ditunaikan setelah beberapa tahun yang lalu tidak bisa dilaksanakan.

Banyak muslim yang sebelumnya menunggu untuk bersua dengan Kakbah, kini telah menghadirkan dirinya di hadapan Kakbah. Bahkan beberapanya telah berhasil mengabadikannya; swafoto, bermunajat doa, maupun memberi kabar melalui status yang emosional dan inspiratif.

Di negeri ini, pergi berhaji telah menjadi tradisi yang berlangsung sejak berabad-abad silam. Mereka yang datang ke sana selain untuk menunaikan ibadah haji, juga untuk belajar khazanah keislaman di bumi ajaran Islam pertama kali muncul. Maka wajar jika banyak literatur yang mencatat kepergian mereka, atau kiprah beberapa nama yang pernah menjadi orang berpengaruh di masanya.

Di antara sekian literatur tersebut, ada salah satu literatur lama yang memuat tentang cara berhaji dengan narasi yang lekat pada ajaran tasawuf. Naskah Manasik Haji, naskah ini berbahasa sunda dan arab. Ada dugaan naskah tersebut pada masanya digunakan sebagai panduan oleh masyarakat muslim di wilayah sunda saat menunaikan ibadah haji.

Naskah ini ditemukan pertama kali di Panjalu, Ciamis dengan ketebalan 112 halaman. Di dalam naskah itu, digunakan dua huruf untuk menandai dua hal yang penting. Huruf arab digunakan untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an, sedangkan arab pegon digunakan sebagai uraiannya. Kendati demikian, di beberapa bagian naskah ini tidak bisa terbaca dengan baik.

Naskah Manasik Haji ini memuat tentang rukun, syarat, kewajiban, kesunahan, larangan, dan doa-doa yang mesti dibaca saat haji ditunaikan. Secara eksplisit, muatan di naskah tersebut sama halnya dengan pedoman tata cara berhaji yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama saat ini. Hanya saja titik bedanya, pada naskah tersebut diuraikan secara khusus makna-makna tasawuf dalam berhaji.

E. Badri Yunardi dalam artikelnya Naskah Manasik Haji Berbahasa Sunda dengan Pendekatan Tasawuf (2012) memberi penjelasan: “Kekhususannya (Naskah Manasik Haji) terletak pada ajakan penulis naskah ini untuk memaknai ibadah haji dengan menggunakan hatinya agar memusatkan segenap jiwa, raga, pikiran semata-mata ikhlas karena Allah”. Naskah yang saya rasa tidak hanya berkutat membahas pada aturan formal saat ibadah haji ditunaikan.

Maka dari itu, ada 21 perkara yang dijadikan perhatian di dalam naskah ini. 21 perkara ini nantinya tidak bisa dilalui hanya dengan alur formal yang mengutamakan benar-salah saja, tetapi juga mesti menggunakan intuisi, supaya haji yang ditunaikan dapat bermakna bagi kedalaman diri yang menunaikannya.

Seperti misalnya ketika melaksanakan tawaf. Di dalam naskah tersebut dianjurkan untuk meniatkan diri sesegera mungkin membuang pikiran negatif, memohon kebaikan, dan berlindung pada segala keburukan. Kemudian saat melihat Kakbah, jamaah haji mesti mengingat segala cipataan lantas memuji segala kekuasaan-Nya yang terhampar di muka bumi.

Begitu juga ketika memotong rambut, Naskah Manasik Haji mengajarkan untuk menghilangkan sifat dengki yang dimiliki. Sebab sifat tersebut tidak hanya berdampak destruktif pada liyan, tetapi juga pada diri sendiri.

Dari pemaknaan-pemaknaan tersebut, kita dapat membaca bahwa anjuran-ajaran di Naskah Manasik Haji lebih mengutamakan sisi perbaikan diri. Berkaitan dengan munajat diberi kekayaan, dimudahkan urusan pekerjaan, dan semacamnya menjadi urutan sekian untuk disebutkan.

Naskah ini saya rasa relevan untuk konteks sekarang. Ketika banyak yang berangkat haji terkadang hanya untuk menaikkan kualifikasi status sosialnya di masyarakat. Naskah Manasik Haji ini mengingatkan kita bahwa, ibadah haji adalah momen perbaikan diri yang paripurna sebagai umat muslim. Wallahula’lam.

Ahmad Sugeng Riady

Masyarakat biasa. Alumni Magister Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *