Sejarah Perempuan Masuk Pesantren

 Sejarah Perempuan Masuk Pesantren

Sejarah Perempuan Masuk Pesantren

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – KH. Husein Muhammad dalam bukunya berjudul “Perempuan, Islam, dan Negara” menjelaskan bahwa keterlibatan perempuan untuk belajar di pondok pesantren merupakan hal yang baru. Tidak seperti sekarang ini.

Sebab, sekitar tahun 1920an, jarang dijumpai anak perempuan ikut belajar (nyantri) di pondok pesantren. Bahkan tahun 1930an, keberadaan dan tampilnya perempuan di ruang publik masih menjadi perdebatan.

“Keberadaan dan tampilnya kaum perempuan di ruang sosial dan pendidikan pada tahun 1930an rupanya masih diperdebatkan di kalangan ulama,” tulis Husein Muhammad dikutip Jumat (10/3/2023).

Persoalan santri putri itu, lanjut Husein, kemudian dimunculkan untuk dibahas dalam forum Bahtsul Masail NU. Sejumlah problem lain mengenai perempuan juga diperdebatkan dalam forum tersebut.

“Beberapa di antaranya adalah bolehkan perempuan mempelajari ilmu-ilmu agama selain al-Qur’an?” jelasnya.

Misalnya, bolehkan perempuan belajar ilmu matematika, bolehkan perempuan naik sepeda, bolehkan perempuan menghadiri kegiatan-kegiatan keagamaan, bolehkah lai-laki memulai salam kepada perempuan, bolehkan laki-laki melihat telapak tangan dan wajah perempuan yang bukan mahram?

“Pertanyaan-pertanyaan ini mengemuka dalam forum Bahtsul Masail di acara Mukatamar NU yang diselenggarakan pada tahun 1920an,” ungkapnya.

Menurut Husein, hal itu dapat dilihat dalam kumpulan Bahtsul Masail yang disusun oleh KH A Aziz Masyuri pada tahun 1997.

“Kita dapat membaca isu ini dalam buku Ahkam al-Fuqaha’, kumpulan Bahtsul Masail ad-Diniyyah hasil Muktamar NU dan Munas Ulama NU yang dihimpun oleh KH A Aziz Masyuri pada tahun 1997,” tandasnya. []

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *