Sebuah Renungan: Tentukan Prioritas

 Sebuah Renungan: Tentukan Prioritas

Sebuah Renungan: Tentukan Prioritas (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Di awal tahun baru hijriah ini ada baiknya kita kembali menyusun kembali prioritas dalam segala aspek.

Apa yang mesti didahulukan dan apa yang bisa dinomorduakan.

Apa yang mesti dijadikan fokus utama dan apa yang mesti ditunda.

Apa yang mesti diperhatikan dan apa yang mesti diabaikan.

Apa yang mesti dipikirkan dan apa yang mesti dilupakan.

Apa yang mesti ditanggapi dan apa yang mesti didiamkan.

Apa yang mesti dikomentari dan apa yang mesti dilewati.

Kesalahan dalam menentukan prioritas, apalagi mengabaikannya sama sekali, berdampak buruk pada hidup yang telah dikaruniakan Allah Swt pada kita yang sangat berharga.

Juga berdampak buruk pada waktu demi waktu kita yang sesungguhnya bisa lebih produktif.

Betapa banyak jam demi jam, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun yang harus berlalu sia-sia tanpa sesuatu yang dapat dibanggakan.

Tanpa sesuatu yang dapat dijadikan sebagai bekal yang sesungguhnya menghadapi hari esok.

Betapa banyak energi yang kita miliki akhirnya terbuang percuma untuk perdebatan yang tak berguna.

Dan kita baru akan menyadarinya ketika semua sudah terlambat.

Sebuah bait syair yang dinisbatkan kepada Imam ar-Razi di akhir hidupnya :

نهاية إقدام العقول عقال وأكثر سعي العالمين ضلال
وأرواحنا فى وحشة من جسومنا وحاصل دنيانا أذى ووبال
ولم نستفد من بحثنا طول عمرنا سوى أن جمعنا فيه قيل وقالوا

Artinya:

“Ujung dari keperkasaan akal terikat

Kebanyakan usaha orang alim tersesat

Ruh-ruh kita sudah terasing dari jasad

Hasil dari dunia kita derita dan bencana

Tidak ada yang kita dapatkan dari pengkajian kita.

Selain mengumpulkan “katanya” dan “kata mereka.”

Sebelum semua terlambat mari mengevaluasi diri. Sudahkah aktivitas, perhatian, dan energi yang kita punya tersalurkan sesuai dengan tingkat prioritasnya?=

Alangkah indah ungkapan ulama kita :

من شغله الفرض عن النفل فهو معذور
ومن شغله النفل عن الفرض فهو مغرور

Artinya:

“Siapa yang disibukkan oleh yang fardhu dari yang sunnah maka ia punya alasan.
Tapi siapa yang disibukkan oleh yang sunnah dari yang fardhu maka ia tertipu.”

اللهم إنا نعوذ بك من أن نكون من المغرورين

كل عام وأنتم بخير

[]

Yendri Junaidi

Pengajar STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang. Pernah belajar di Al Azhar University, Cairo.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *