Refleksi Output Puasa Ramadan dalam Ketaatan Beribadah

 Refleksi Output Puasa Ramadan dalam Ketaatan Beribadah

Refleksi Output Puasa Ramadan dalam Ketaatan Beribadah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, puasa Ramadan adalah salah satu ibadah utama dalam agama Islam yang dilakukan oleh umat muslim di seluruh dunia.

Selama bulan ini, umat Islam menahan diri dari makan, minum, dan perilaku yang tidak pantas dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Namun, puasa Ramadan sebagai salah satu ibadah utama bukan hanya sekadar menahan diri dari keinginan duniawi semata. Lebih dari itu, puasa Ramadan merupakan waktu untuk meningkatkan ketaatan beribadah.

Salah satu output yang dapat dilihat dari puasa Ramadan adalah peningkatan spiritualitas dan ketaatan beribadah umat muslim.

Dengan menahan diri dari kebutuhan fisik, umat Muslim berkesempatan untuk memperdalam hubungan mereka dengan Allah melalui ibadah, seperti shalat, tilawah Al-Qur’an, dan dzikir.

Puasa Ramadan juga mendorong umat Muslim untuk meningkatkan amal kebajikan, seperti sedekah dan berbuat baik kepada sesama, sehingga meningkatkan kesadaran sosial dan empati terhadap orang lain.

Selain itu, puasa Ramadan juga membangun disiplin diri dan kontrol atas hawa nafsu.

Dengan mengendalikan kebutuhan fisik, umat muslim belajar untuk mengendalikan emosi dan keinginan yang negatif, sehingga memperkuat karakter dan moralitas mereka.

Terutama di akhir periode Ramadhan  ini, banyak terkandung keberkahan esensi luar biasa  yang sangat disayangkan apabila kita melewatkan momentum terbaik ini.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan doa yang dapat kita baca ketika berada di akhir bulan suci Ramadhan:

جَزَى اللَّهُ عَنَّا سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ

أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم

لبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ , سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ , سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ

Artinya:

“Mahasuci Allah, Raja Yang Maha Suci, Maha Suci Allah Raja Yang Maha Suci, Maha Suci Allah Raja Yang Mahasuci. (Rasulullah saw mengangkat dan memanjangkan suaranya pada ucapan yang ketiga).” (HR. Abu Daud dan Ahmad) dikutip dari nu.or.id (31/01/24).

Hal ini membawa output positif dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi sosial maupun dalam menjalani kewajiban agama dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Dengan demikian, puasa Ramadan bukan hanya menghasilkan peningkatan ketaatan beribadah, tetapi juga membentuk karakter dan moralitas yang kuat dalam diri kita semua.

Semoga puasa Ramadhan kali ini dapat menjadi media untuk memperkuat hubungan mereka dengan Allah, dan meningkatkan kesadaran sosial serta empati terhadap sesama.

Serta memberikan keberkahan bagi kita saat ini, esok, lusa hingga masa yang akan datang. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *