Sebuah Mimpi Masuk Surga
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sebelum tidur, saya melihat video orang yang sudah berhari raya kemarin sebab katanya sudah menelpon Allah Ta’ala langsung.
Setelah menertawakannya, saya pun tidur dan bermimpi masuk surga.
Ceritanya, setelah banyak drama kesulitan macam-macam yang membuat tubuh capek, akhirnya saya diantar masuk ke surga yang tertinggi yang ceritanya kami berada di sebuah ruang yang tidak besar di tempat yang tinggi.
Di situ ada beberapa orang yang masuk dengan wajah gembira setelah saya. Jumlahnya hanya belasan orang dan satu di antaranya saya kenal.
Mereka semua terlihat bahagia dan mengobrol tertawa, kecuali saya. Saya shalat dua rakaat di tempat itu sambil menunggu Allah yang ceritanya sebentar lagi akan memperlihatkan dirinya pada kami.
Tapi setelah shalat saya lalu turun ke bawah karena pikiran saya tidak enak.
Di bawah, ada banyak orang. Banyak banget seperti di sebuah acara besar. Mereka bahagia riang gembira dan saling mengobrol hingga bising.
Ada satu orang yang baru masuk ke tempat itu dengan senyuman dan tawa bahagia bersama teman-temannya. Saya menyapanya dan bertanya tentang kondisinya.
Dia menjawab bahwa dirinya sedang sehat dan bugar. Saya bilang, “mulutmu bisa bilang begitu, tapi lihat matamu itu mata lelah yang agak memerah. Kita ini bukan di surga”, saya bilang.
Dia tidak bisa menjawab.
Saya berpikir sendirian, apa cuma saya di sini yang yakin bahwa ini bukan surga?
Ini terlalu biasa dan rasa capek di badan masih terasa, saya bergumam dalam hati. Saya berpikir, apa kami diculik alien atau gimana ini kok bisa banyak orang ada di tempat ini?
Saat pikiran campur aduk, lama-lama dari tempat yang tinggi terlihat wajah asli tempat kami berada.
Ternyata kami berada di sebuah gedung yang sangat besar yang penuh dengan Green Screen.
Saya bilang, “nah kan apa saya bilang dari tadi. Ini bukan surga.”
Kemudian alarm sahur menyala dan saya pun bangun sambil senyum dengan satu pikiran bahwa ternyata saya kritis sampai dalam mimpi ya?
Hahaha… Mimpi pun bisa ngeprank jadi jangan terlalu dipercaya, saudara. The end. []