Menjadi Orang yang Berprinsip Tapi Tetap Dicinta

 Menjadi Orang yang Berprinsip Tapi Tetap Dicinta

Menjadi Orang yang Berprinsip Tapi Tetap Dicinta (gontornews.com)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Tak jarang seorang yang memegang sebuah prinsip dikucilkan bahkan dibenci orang lain.

Apalagi prinsip yang dipegang itu membuat ia terkesan punya pemahaman yang kaku, kolot, terbelakang dan sederet label negatif lainnya.

Akhirnya, banyak orang yang ‘terpaksa’ menanggalkan prinsipnya agar tetap diterima dan didengar.

Berbeda halnya dengan Buhlul bin Rasyid; seorang alim Malikiyyah.

Prinsip yang dipegangnya tidak membuat rasa hormat dan cinta orang terhadapnya menjadi hilang.

Luar biasanya, cinta itu justeru datang dari non muslim. Dalam kitab Tartib al-Madarik, Imam Qadhi ‘Iyadh menceritakan:

Suatu hari Buhlul meminta salah seorang muridnya untuk membeli minyak seharga dua dinar.

Muridnya segera pergi ke pasar. Sesampai di pasar ia diberi tahu bahwa minyak yang bagus itu ada di toko seorang Nasrani.

Ia pun segera kesana. Ia sampaikan maksudnya untuk membeli minyak.

Orang Nasrani itu berkata, “Kami bertaqarrub pada Tuhan dengan Buhlul sebagaimana halnya kalian juga bertaqarrub pada-Nya dengannya.”

Lalu Nasrani itu memberikan minyak terbaik seharga empat dinar dengan uang dinar itu.

Sang murid pun pulang dan menceritakan hal itu pada gurunya; Buhlul.

Mendengar hal itu Buhlul berkata,

“Engkau sudah membantuku membelikan minyak. Maukah engkau membantuku sekali lagi? Kembalikan minyak ini pada Nasrani itu dan minta kembali uang dua dinarku tadi.”

Muridnya heran. “Kenapa demikian, guruku?”

Buhlul berkata,

“Aku teringat firman Allah: “Engkau tidak akan mendapati orang yang beriman pada Allah dan hari akhir mencintai orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya…”

Aku takut, kalau aku terima kebaikan Nasrani ini hatiku akan merasa suka padanya, dan itu akan membuatku masuk dalam golongan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak akan melakukan itu apalagi demi kesenangan dunia sesaat.”

Prinsiplah yang membuat Buhlul menolak kebaikan Nasrani. Namun demikian, ini tidak membuatnya dibenci bahkan oleh Nasrani sekalipun.

Justru mereka merasa semakin dekat dengan Tuhan kalau bisa melayani dan memberikan kebaikan pada Buhlul.

Toleransi tidak mesti mengorbankan prinsip. Sebagaimana halnya, mengorbankan prinsip tidak berarti jadi toleran.

والله تعالى أعلم

[]

Yendri Junaidi

Pengajar STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang. Pernah belajar di Al Azhar University, Cairo.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *