Refleksi Penggalan Riwayat Said Nursi
HIDAYATUNA.COM – Said Nursi yang dikenal dengan baduizzaman (1877-1960 M), adalah seorang pembaharu (mujaddid). Ia juga dikenal sebagai tokoh yang sangat penting di era transisi keruntuhan Khalifah Ustmanmiyah di Turki dan berdirinya Republik Turki.
Salah satu karya monumentalnya adalah Risalah Al-Nur, sebuah kitab tafsir ma’ani (maknawi) bagian Alquran yang mengungkap persoalan-persoalan yang mendasar dalam kehidupan seseorang. Dari kapasitas keilmuannya, beliau sangat pintar (alim), beliau juga sesorang yang ahli ibadah yang tekun (abid), serta pemikir yang bertujuan untuk memajukan bangsanya.
Oleh karena itu, sebagian kalangan menganggap beliau dan memasukkan beliau sebagai sosok pembaharu (mujaddid) pada abad ke-20. Tidak hanya itu, beliau juga tercatat seorang yang sangat pemberani, dengan keberaniaanya mengkritik pemerintah di masa pemerintahan Mustofa Kemal Ataturk, sang bapak Turki modern hingga pada akhirnya beliau dimasukkan ke penjara.
Selama di penjara, beliau berhasil menghasilkan karya yang sampai saat ini masih terus dibaca oleh kelangan orang banyak. Hingga karya Risalah Al-Nur yang ditulis oleh beliau berhasil diterjemahkan sampai 70 bahasa di dunia. Secara garis besar, karaya Risalah Al-Nur hanya membahas seputar masalah keimanan, hakikat Alquran, tauhid, kenabian, dan risalah-risalanya hingga hari akhir.
Beliau juga tercatat sebagai ulama yang menjomlo. Sebagai pembuktiannya, beliau pernah ditawarkan oleh salah satu gubernur Turki untuk meminang salah satu putrinya, namun beliau menolak.
Sebelum itu, beliau pernah satu kamar dengan putri seorang gubernur selama dua tahun. Meski begitu, beliau tidak pernah melihat wajah putri tersebut sama sekali, hingga putri dari gubernur itu menangis dan mengadu. Sejak itu, gubernur Turki sangat mengakui tentang keulamaan beliau.
Pengkritik Pemerintah
Selama hidupnya, pada masa pemerintahan Mustofa Kemal Ataturk, Said Nursi lebih suka mengkritik para pengusa. Sejak saat itu, pemerintah ingin meniadakan syariat islam dengan alasan bahwa Islam terlalu ke Arab-Araban, termasuk azan.
Mustofa Kemal Ataturk ingin meniadakannya karena azan memakai bahasa Arab. Said Nursi pun memulai aksinya tanpa getir sedikitpun untuk mengkritik pemerintah yang justru menggiringnya ke balik jeruji besi selama 25 tahun dengan perpindah-pindah.
Sesuai dengan keilmuan yang beliau miliki, Said Nursi tidak takut sama sekali menentang kebijakan pemerintah saat itu. Sebab apabila sesorang sudah sampai kepuncak ilmu, maka tiada ketakutan sedikit pun yang dirasakan. Selama memperjuangkan kebenaran, Said Nursi tetap bersuara dan saat itu beliau banyak sekali jemaahnya.
Dengan demikian, Said Nursi memilih untuk tidak menyibukkan dirinya dalam urusan duniawi. Beliau memilih hidup untuk menyendiri dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada ilmu.
Teringat dengan kata mutiara Imam Syafi’ie dalam terjemahan bebasnya, ilmu tidak akan memberikan sebagiannya saja sebelum engkau memberikan seluruh hidupmu. Dengan begitu, sangatlah rasional, bahwa tujuan Said Nursi memilih hidup sendiri bila dikaitkan dengan ilmu, maka itulah mungkin jawabannya.
Dari sebagian penggalan tentang riwayat Said Nursi di atas, ada dua kisah yang sangat penting yang patut diteladani oleh kita, utamanya umat muslim. Keberanian dan totalitas beliau sebagai contoh bagi kita, dan semua itu tidaklah gampang untuk ditiru. Sebab keberanian dan totalitaslah yang akan mengangkat derajat kita, bahkan akan dikenang sepanjang masa. Wallahu a’lam.