Posisi Nahdlatul Ulama dengan Berbagai Aliran dalam Islam

 Posisi Nahdlatul Ulama dengan Berbagai Aliran dalam Islam

PBNU Ingin Pelibatan Perempuan Dimassifkan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Posisi Nahdlatul Ulama atau NU dengan berbagai aliran dan mazhab di dalam Islam mengalami kembang kempis. Kadang mesra dengan aliran tertentu tapi sedikit bersitegang dengan yang lain.

Terkadang di Pusat bisa duduk bareng tapi di bawah saling adu debat. Ada yang berkaitan persoalan akidah atau kebangsaan, atau karena kepentingan.

NU dan Salafi

Tidak pernah bisa sejalan ketika membicarakan akidah, bidah, tawasul, tabarruk, maulid Nabi, musik dan masalah furuiyah yang lain.
Tapi soal kepemimpinan sistem kerajaan atau demokrasi tidak bertentangan. Keduanya sama-sama tidak mewajibkan berdirinya khilafah.
NU Dan Hizbut Tahrir
Tidak pernah ada kecocokan soal sistem khilaf*h. Menurut Hizbut T*hrir ini adalah kewajiban. Menurut NU tidak wajib.
Ada juga soal iman terhadap siksa kubur dan furuiyah di bidang akidah.
Tapi soal Tahlilan dan Amaliah lainnya masih bisa dijumpai duduk bareng.
NU dan Syiah
Syiah sendiri merupakan aliran tersendiri dalam Islam. Soal akidah jelas beda juga soal Imamah berbeda. Demikian pula penerimaan terhadap para Sahabat. Bagi NU semua sahabat adalah orang-orang terpercaya.
Ada persamaan di antara keduanya, yakni soal tawasul, tabaruk, ziarah kubur para ulama.
NU dan Muhammadiyah, PERSIS dan Al-Irsyad
Ketiganya melakukan pembaharuan yang lebih banyak di bidang fikih. Jika NU mewajibkan taklid pada 4 Mazhab maka gerakan pembaharuan Islam ini tidak mewajibkan, bahkan dalam beberapa hal melakukan ijtihad sesuai metodenya masing-masing.
Pembahasan akidah tidak terlalu keras. Soal sistem negara dan kepemimpinan kesemuanya sepakat dengan NKRI.
Khusus Muhammadiyah, jika merujuk pada Keputusan Keputusan Majlis Tarjih 1929, akidah Muhammadiyah lebih dekat pada Asy’ariyah dengan menerima Takwil.
NU dan Ormas Aswaja
Ada Nahdlatul Wathan di NTB. Ada Al-Khairat di Sulawesi. Ada Al-Washliyah dan PERTI di Sumatera dan sebagainya. Sama persis dengan NU, baik akidah, fikih 4 Mazhab hingga tarekat. Soal NKRI sama-sama menerima. Kemungkinan soal wawasan kebangsaan yang berbeda.
NU dan FPI
Sama-sama berakidah Asy’ari, sama-sama Mazhab Syafi’i, sama-sama bertarekat, bermaulid, berziarah makam ulama dan memuliakan keturunan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Cuma sedikit berbeda soal metode dakwah. Juga soal para pimpinan. Dulu di masa KH Hasyim Muzadi keduanya sangat harmonis.
Siapapun anda, dari ormas manapun anda, jika masih menjadikan Allah sebagai Tuhan yang disembah dan Sayidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam sebagai Nabi terakhir, maka anda adalah saudara saya dalam Islam.
Jika ada perselisihan saya diperintah untuk memperbaiki hubungan di antara kita.
Ingat perintah Allah:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat 10). []

Ma'ruf Khozin

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *