Pesan Kiai Miftachul Akhyar kepada Para Pengurus PBNU

 Pesan Kiai Miftachul Akhyar kepada Para Pengurus PBNU

KH MIftachul Akhyar (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Dalam pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027, Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar berpesan. Bagi para pengurus agar berkomiten untuk berkhidmat kepada NU.

“Kepengurusan ini sudah sah setelah Muktamar selesai. Namun agar ada recharging energi komitmen spiritual dan jalinan kerja semangat yang dilakukan. Maka diperlukan pembaiatan-pembaiatan,” kata Kiai Miftach di Balikpapan, dikutip Rabu (2/2/2022).

Dalam pengukuhan tersebut, berbarengan Hari Lahir NU ke- 96 dengan mengambil tema “Merawat Jagat, Membangun Peradaban”.

“Semoga panjenengan semua menjadi saksi atas ikrar kesanggupan para pengurus PBNU,” imbuhnya.

Selanjutnya, Kiai Miftach mengutip ayat Alquran surat Al-Baqarah ayat 269. Yu’til hikmata man yasya’ wa man yu’tal hikmata fa qad utiya khairan katsira (Allah menganugerahi hikmah (pengetahuan yang dalam) pada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi hikmah yang banyak).

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Miftsachussunnah, Surabaya itu, para pengurus PBNU merupakan orang alim. Mereka termasuk dianugerahi hikmah oleh Allah SWT. sebagaimana disinggung oleh ayat di atas.

Berpegang Teguh Pada Agama

Sehubungan dengan itu, sebagaimana pernah ditegaskan Imam Syafii. Kiai Miftach mengatakan bahwa seluruh pengurus tersebut harus selalu berpedoman pada ajaran-ajaran agama dan mengetahui kondisi masyarakat sekitar.

“Imam Syafii menyatakan bahwa orang alim, apalagi pengurus PBNU, adalah orang-orang yang selalu wuquf (berpedoman) dengan agamanya. Tahu betul apa yang terjadi di tengah masyarakat. Detak jantung yang terjadi di tengah masyarakat harus diketahui si alim ini,” terangnya.

Kiai Miftach menjabarkan bahwa seorang alim juga harus menjadi teladan bagi umat. Peduli pada agama dan bangsa, memiliki pandangan yang luas, menguasai keilmuan yang mendalam, serta memiliki kearifan dalam kepemimpinan yang dikagumi.

Mendasari paparannya, Kiai Miftach mengutip salah satu hadits Nabi yang artinya: ‘Sesungguhnya perumpamaan seorang alim adalah seperti mata air yang menyirami negeri dan setiap orang yang melewatinya. Demikian juga orang alim, penduduk negeri dan orang yang melewatinya dapat mengambil manfaat dari keberadaannya.’

“Itulah tugas-tugas ulama yang sebenarnya,” tegas Kiai Miftach.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *