Pesan Bu An’an untuk Para Perempuan (Kisah Bu An’an Bagian Kedua)

 Pesan Bu An’an untuk Para Perempuan (Kisah Bu An’an Bagian Kedua)

Pesan Bu An’an untuk Para Perempuan (Kisah Bu An’an Bagian 2) (Ilustrasi/Rezha Rizqy N)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Selain berperan sebagai mediator perdamaian, Bu An’an juga aktif di Sekolah Perempuan Tasikmalaya besutan The Asian Muslim Action Network atau AMAN Indonesia. Banyak sekali yang beliau dapatkan dari Sekolah Perempuan tersebut.

Tentu saja tujuan Bu An’an aktif di Sekolah Perempuan adalah untuk memberdayakan perempuan, terutama korban kekerasan.

Seperti yang kita tahu, tiga dari lima perempuan di Indonesia adalah korban kekerasan. Kekerasan yang menimpa perempuan meliputi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Dalam Pacaran (KDP), dan Kekerasan kepada Anak.

Sayangnya, pelaku kekerasan pada perempuan sebagian besar adalah pasangan intimnya sendiri.

Menurut Bu An’an, kekerasan seksual yang menimpa perempuan dan anak disebabkan oleh beberapa hal, yang utama adalah ketidaksetaraan peran perempuan dan laki-laki.

Kebanyakan orang menganggap KDRT adalah aib. Sehingga korbannya tak mau bercerita kepada orang terdekat.

Jika ada orang luar yang tahu pun, mereka segan untuk ikut campur. Orang-orang masih beranggapan bahwa KDRT adalah urusan rumah tangga masing-masing.

Penyebab lain adalah komunikasi pasangan yang tidak baik. Serta penggunaan medsos yang dapat menggeser peran keluarga.

Bu An’an juga pernah mengikuti Training of Trainer (TOT) Sekolah Perempuan di Bandung.

Dari TOT tersebut beliau kembali belajar mengenali diri, cara berbicara di depan umum, serta bagaimana memanfaatkan gestur tubuh dan mimik wajah.

Karena semua gerakan tubuh kita, baik cara berdiri maupun duduk akan mempengaruhi bagaimana orang lain akan memberikan atensinya.

Setelah bergabung dengan Sekolah Perempuan binaan AMAN Indonesia, Bu An’an merasakan banyak manfaat. Manfaat ini juga dirasakan oleh anggota yang lain.

Mereka jadi lebih lapang menerima perbedaan dan mau menghapus jarak antar kelompok. Peduli kepada orang lain, dengan tidak memaksakan pendapatnya.

Penguatan rasa nasionalisme dan kesatuan apapun asal sukunya. Serta saling mendukung antar sesama perempuan.

Bu An’an belajar bahwa perempuan harus jadi agen perdamaian dan perubahan.

Menurut Bu An’an, untuk bisa menjadi agen perdamaian dan perubahan, seorang perempuan harus memiliki beberapa kemampuan.

Pertama, perempuan harus memiliki kemampuan untuk memimpin. Minimal memimpin dirinya sendiri.

Kedua, lebih percaya diri manakala tampil di depan umum. Ketiga, terbiasa bersikap lebih tenang karena ia bertujuan untuk menyampaikan perdamaian.

Keempat dapat berkomunikasi dengan baik, saling menghormati pendapat orang lain, dan tidak memaksa agar pendapatnya diterima.

Melalui Sekolah Perempuan, Bu An’an menebar manfaat yang lebih besar. Ia memberdayakan para anggotanya. Ia ingin para anggotanya juga mengajak kawan dan saudaranya.

Bu An’an sengaja membuat pertemuan ini berbeda dengan komunitas lain. Jika dalam komunitas lain biasanya ada aturan yang mengikat, Sekolah Perempuan tidak demikian. Bahkan tak perlu memakai pakaian khusus.

Metode pembelajarannya pun juga beda. Anggotanya diberi kesempatan untuk berpikir dan berbicara, serta diberi kesempatan untuk berkontribusi.

Saling memperhatikan kenyamanan adalah hal utama. Antar anggota harus saling menghormati, tak boleh menghakimi, juga tak boleh menggurui.

Dengan cara itulah, banyak masyarakat yang ingin bergabung dengan Sekolah Perempuan.

Bu An’an berharap, akan ada lebih banyak perempuan yang berdaya sehingga akan muncul Bu An’an yang lain.

Satu hal yang selalu beliau ingat. Agar bisa menjadi agen perdamaian, seseorang harus mampu berdamai dengan dirinya sendiri.

Ia juga harus mampu menahan emosi agar tampil tetap tenang di depan korban dan keluarganya.

Bu An’an berharap lewat peran yang  beliau jalani sekarang, korban kekerasan akan memiliki harapan baru.

Tidak lagi putus asa dan bangkit dari keterpurukannya. Sehingga ia kembali memiliki semangat untuk hidup lagi.

Bu An’an berpesan buat semua perempuan apapun perannya. Perempuan hendaknya mau meningkatkan kapasitas dirinya. Harus mau saling mendukung dan berjuang mencari keadilan.

Perempuan juga harus punya empati kepada sesamanya. Sehingga mereka bisa saling menyayangi dan mendukung satu sama lain.

Dengan cara itulah, perempuan akan semakin berdaya dan memberdayakan sesamanya. []

 

Kisah Bu An’an Bagian Pertama dapat dibaca pada link berikut ini, KLIK DI SINI.

*Tulisan ini disarikan dari Podcast Rubiyanti Kholifah dengan An’an Yulianti di YouTube She Builds Peace.

Rezha Rizqy Novitasary

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *