Nissa Sabyan dan Narasi Ghibah Netizen di Media Sosial

 Nissa Sabyan dan Narasi Ghibah Netizen di Media Sosial

Pasca Serangan Masjid Christchurch, Ujaran Kebencian Online Anti Muslim Meningkat (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Jagat maya lagi-lagi digemparkan oleh satu berita yang amat mencengangkan. Siapa sih yang tidak kenal dengan Nissa Sabyan? Pasti semua mengenalnya.

Siapa sangka, perempuan berparas cantik sekaligus pemilik suara nan merdu itu, kini dikabarkan menjadi seorang “pelakor”. Benar atau tidaknya, Wallahu a’lam.

Nissa Sabyan dikabarkan terlibat perselingkuhan dengan Ayus, pemain keyboard sekaligus pendiri band Sabyan Gambus itu sendiri. Kabar itu terus menghembus dan menggemparkan jagat maya hingga detik ini.

Terlepas dari berita itu, saya tidak mau ikut campur, bertele-tele mengomentarinya ataupun membahasnya secara serius. Bahkan sampai ngoceh ”gak” jelas.

Saya hanya ingin mengajak kepada Anda semua, agar bisa muhasabah atas isu yang telah beredar itu.

Memakan Bangkai Saudara Sendiri yang Telah Mati

Melihat di berbagai media, apa pun itu. Tidak sedikit natizen yang berkomentar, paling tidak ia mengomentarinya lewat platformnya masing-masing.

Mereka bak detektif dalam menyelidiki berita yang beredar itu. Misalnya saja mereka sampai membeberkan bukti-bukti implisit oleh adanya perselingkuhan antara Ayus dan Nissa Sabyan itu.

Tak jarang juga mereka malah sampai berkomentar yang aneh-aneh bangkan mencemoohnya. Duh !

Jujur saya tidak akan membela siapa-siapa di sini, tapi saya sekali lagi hanya ingin mengajak bermuhasabah. Misalnya di Twitter, saking banyaknya yang turut berkomentar hingga menjadi trending di urutan ke-satu.

Begitu banyak komentar-komentar pedas yang melayang. Misalnya ada yang ngetwit begini:

“Siapapun orangnya dan apa pun alasannya, PERSELINGKUHAN ya tetep ga bisa di maafkan. Saling mengetahui keadaan tapi tetep melanjutkan dan ada pihak yang dikorbankan. Fiks! Nissa Sabyan dan Ayus kalian samp*ah berwujud manusia. Selamat atas perselingkuhan kalian(emoticon love).”

Setelah membacanya, saya pun spontan jadi teringat status Facebooknya Pak Yai Edi Mulyono (Edi AH Iyubenu) beberapa waktu yang lalu. Beliau menulis, “Sudah gunjingin Nisa nih? Manfaate buat hidupmu? Bagaimana ngadepi ayat ‘bagai memakan daging saudaranya yang telah mati’?Bgaimana cara menebus pengadilanNya atas gunjingan itu? Kita ki kan mesti do sayang awake dewe, tp kok nlomprongke deweke ngunu to… ben ngopo, konten?”

Pentingnya Bermuhasabah

Dari persoalan di atas, saya kira benar dan setuju apa yang telah dikatakan Pak Yai Edi dalam status Facebooknya tersebut. Bahwa itulah pentingnya agar kita selalu bermuhasabah.

Dari permasalahan yang lagi menimpa Nissa Sabyan & Ayus, kita bisa belajar, bahwa nyinyirin aib orang lain itu memang terasa nikmatnya. Sampai-sampai seringkali membuat lupa dengan aib sendiri yang belum ketahuan oleh banyak orang.

Apa kita tidak sadar, bahwa di dalam Alquran sendiri sebenarnya juga sudah disinggung soal hukum menggibah atau menggunjing. Misalnya dalam surat Al-Hujurat ayat 12, menjelaskan bahwa ghibah atau menggunjing sama saja dengan memakan daging bangkai saudara kita sendiri. Kan, serem.

Allah SWT. juga berfirman pada nabi Musa AS. “Siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan bertobat dari perbuatan ghibah, maka dia adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dalam keadaan terbiasa berbuat ghibah, maka dia adalah orang yang paling awal masuk neraka.”

Hentikan Narasi Ghibah Meski di Media Sosial

Di dalam Alquran telah dijelaskan tentang pentingnya bersikap baik di media sosial dan internet. Mengutip dari dari nu.or.id, Sabtu (26/08/17) dalam orasi ilmiah yang disampaikan pada Wisuda ke-18 Institut Ilmu Alquran (IIQ).

Rektor IIQ Prof Dr Huzaemah Tahido Yanggo menyampaikan, “Dalam Alquran ditemukan beberapa kata kunci tentang komunikasi negatif. Kata kunci pada saat yang sama juga mengisyaratkan tentang pentingnya sikap hati-hati, mawas diri dan cerdas literasi tentang media sosial.”

Nah, oleh sebab itu, setelah melihat itu semua saya mengajak, khususnya pada diri sendiri dan umumnya kepada pengguna media sosial semuanya. Bahwa sebaiknya dalam hal apa pun itu kita harus selalu berhati-hati.

Merespon berita apa pun di media sosial, juga jangan sampai terburu-buru berkomentar. Apalagi komentarnya justru semakin memperkeruh atau malah memprovokasi.

Tetapi, sebaiknya sikap kita harus senantiasa mempertimbangkan dengan matang, membawa manfaat atau tidak untuk diri sendiri atau pun untuk semuanya. Semoga ini menjadi pelajaran penting bagi kita. Aamiin.

Tabik.

Rojif Mualim

https://hidayatuna.com

Alumni Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Pengajar dan Peneliti, Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *