Negara, Bangsa dan Pemuda yang Gemar Menulis

 Negara, Bangsa dan Pemuda yang Gemar Menulis

Mengenalkan Toleransi dan Rambu-rambunya (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sebagai bangsa yang besar, baik secara demografi maupun pengaruh politik di kawasan regional ASEAN, generasi muda Indonesia harus gemar mengembangkan potensi di bidang literasi terutama di bidang kepenulisan dan membaca.

Tapi fakta yang terjadi hari ini, budaya literasi di Indonesia masih terbilang rendah.

Menurut survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah di dunia.

Permasalahan tersebut justru berbanding terbalik dengan kebiasaan netizen Indonesia yang terkenal sebagai salah satu netizen paling tidak sopan di Asia Tenggara berdasarkan survei yang dilakukan oleh Microsoft pada tahun 2020.

Hal ini menjadi salah satu masalah paling kompleks yang sulit dibenahi oleh pemerintah.

Menulis Sebagai Sarana Pengembangan Potensi Diri

Kebebasan berekspresi sebagai hasil dari bergulirnya reformasi di Indonesia tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas dan budaya literasi di kalangan masyarakat kita.

Padahal dengan adanya hal tersebut sekaligus derasnya arus globalisasi dan informasi mengharuskan kita untuk membenahi budaya literasi Indonesia.

Padahal, menulis merupakan salah satu bakat yang memiliki banyak manfaat sebagai penunjang karir dan peningkatan potensi pemuda Indonesia.

Kemampuan di bidang kepenulisan banyak di gunakan di berbagai tempat seperti penulis buku, pembuat naskah pidato, jurnalis media, copy writer, conten writer, script writer dan masih banyak lagi.

Secara tidak langsung, menulis merupakan salah satu aktivitas belajar paling efisien dan efektif.

Dengan menulis, seseorang akan melakukan aktivitas membaca, menghafal dan memahami secara langsung sebuah materi dan kemudian diaplikasikan melalui sebuah tulisan.

Artinya secara sederhana, apabila budaya kepenulisan mampu di kembangkan lebih jauh di tengah generasi muda Indonesia, sangat memungkinkan kecerdasan intelektual pemuda Indonesia berkembang pesat di masa mendatang.

Rasulullah Saw. sendiri bahkan menganjurkan kepada umatnya untuk gemar menulis melalui sebuah  hadits:

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

Artinya: “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. at-Thabarani).

Tokoh-tokoh besar pendiri bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Haji Agus Salim dan tokoh-tokoh lainnya merupakan orang-orang yang memiliki keahlian mumpuni di bidang kepenulisan walaupun mereka hidup dan berjuang untuk bangsa Indonesia di tengah belenggu penjajahan.

Imam al-Ghazali pernah menganjurkan kepada generasi muda untuk menjadi penulis melalui ungkapkan,

“Kalau kamu bukan anak  raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.”

Dengan menulis, maka seseorang akan dapat mengabadikan namanya dan tetap dikenang melalui tulisannya.

Dengan menulis, pemuda penerus bangsa dapat mengabadikan dan mengangkat nama Indonesia melalui tulisannya.

Serta dengan menulis, pertarungan gagasan akan lebih intelek dan berwibawa karena disertai dengan bangunan struktur kata yang rapih, terkonsep dan efektif. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *