Mengenal KH. Muhammad Muhajirin: Ulama Betawi Ahli Ilmu Falak
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Indonesia memiliki banyak sekali ulama-ulama hebat yang mempunyai wawasan ilmu pengetahuan tidak hanya dalam segi ilmu agama, melainkan disipilin-disiplin ilmu lainnya.
Salah satunya adalah KH. Muhammad Muhajirin yang memiliki keahlian di bidang ilmu falak atau astronomi.
Muhammad Muhajirin bin Amsar bin Fi’in adalah seorang ulama yang pada tanggal 10 November 1924 di Kampung Baru Cakung, pada zaman kolonialisme Belanda masuk ke daerah Desabestuur Cakung, Kecamatan Bekasi, Kawedanan Cikarang, (Sekarang masuk wilayah DKI Jakarta).
Sejak kecil, Kiai Muhajirin sudah akrab dengan ilmu-ilmu agama. Masa kecilnya dihabiskan dengan memperdalam ilmu Al-Qur’an bersama K.H. Sholeh Makmun dari Banten.
Kiai Muhajirin juga memperdalam ilmu agamanya di Pesantren Buntet, Cirebon dan beberapa pesantren lain di wilayah Jawa Barat dan Jakarta.
Kemudian Kiai Muhajirin melanjutkan studinya ke Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawarah ketika memasuki usia 23 tahun.
Di sana, ia memperdalam ilmu agamanya bersama Syeikh Abdul Ghani Jamal dan beberapa ulama lain seperti Syeikh Ahmad Mansuri dan Syeikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadany.
Setelah beberapa tahun menimba ilmunya di dua Tanah Suci, Kiai Muhajirin kembali ke Indonesia atas permintaan ibunya.
Kembali ke Tanah Air, Kiai Muhajirin mulai menjalankan aktivitas dakwahnya dengan mengadakan pengajian di beberapa tempat di wilayah Jakarta Timur serta mendirikan Pondok Pesantren Annida al-Islamy di Bekasi.
Sebagai seorang tokoh masyarakat dan salah satu ulama terpandang di Bekasi, Kiai Muhajirin dikenal sebagai seorang yang mudah berbaur dengan masyarakat sekitar.
Hal ini tak lepas dari ketekunan beliau yang juga memperdalam ilmu-ilmu umum seperti ilmu sosial, hukum dan politik.
Kiai Muhajirin wafat pada tanggal 28 Dzulqaidah 1424 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 januari 2003.
Banyak di antara murid-muridnya yang menjadi tokoh terpandang di masyarakat Betawi, seperti K.H. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani, K.H. Zamakhsyari Abdul Majid dan K.H. Maulana Kamal Yusuf.
Karya-karya KH. Muhammad Muhajirin
Kiai Muhajirin merupakan ulama yang sangat produktif dalam menghasilkan berbagai karya tulis.
Tidak kurang sekitar 35 karya telah ia tulis sebagai bagian dari ijtihad dakwahnya. Berikut ini adalah karya-karya Kiai Muhajirin:
Karya-karya K.H. Muhammad Muhajirin di bidang Lughah Arabiyah:
1) Qawa’id al-Nahwiyah al-Ula
2) Qawa’id al-Nahwiyah al-Tsani
3) Al-Bayan
4) Mukhtarat al-Balaghah
5) Al-Madarik fi al-Mantiq
6) Al-Nahj al-Matlub ila al-Mantiq al-Marghub
Karya-karya K.H. Muhammad Muhajirin di bidang ilmu Ushul Fiqh:
1) Qawaid al-Khamsah al-Bahiyyah
2) Taysir al-Wushul fi Ilm Usl
3) Idah al-Mawrud 2 jilid
4) Istikhraj al-furu’ ‘Ala al-Usul
5) Al-Khilafiyat
6) Takhrij al-Furu’ ‘Ala al-Usul
7) Ma’rifah Turuq al-Ijtihad
8) Falsafah al-Tashri’
Karya-karya K.H. Muhammad Muhajirin di bidang Musthalah al-Hadits:
1) al-Qawl al-Hadits fi Mustolah al-hadits
2) Ta’liqat ‘Ala matan al-Bayquni
3) Al-Istizkar
Karya-karya K.H. Muhammad Muhajirin di bidang ilmu Tauhid:
1) Mulakhas al-Ta’liqat ‘Ala Matan al-Jawharah
2) Sharh al-Ta’liqat ‘ala Matan al-Jawharah
Karya-karya K.H. Muhammad Muhajirin di bidang Sejarah:
1) Muhammad Rasulullah wa Khulafa al-Rashidin
2) Mirah muslimin fi Sirah Khulafa al-Rashidin
3) Muntakhab min Tarikh Daulah Umayyah
4) Tarikh al-adab al-Arabi
Karya-karya K.H. Muhammad Muhajirin di bidang Hadits:
1) Misbah az-Zulam 4 Jilid
2) Mutala’ah al-Ula
3) Mutala’ah al-Tsaniah
4) Mutala’ah al-Tsalitsa
5) Mahfudzat
6) Tatbiq al-Ayat bi al-Hadits
Karya-karya K.H. Muhammad Muhajirin yang lain:
1) Al-Qawl al-Faid fi ilm al-Faraid
2) Al-Tanwir fi Usul Tafsir
3) Al-Ta’aruf fi Tasawwuf
4) Al-Siqayah al-Mar’iyah fi Bahth wa al-Munadharah
5) Qar’ul sama fi al-Wada
6) Sharh Musnad al-Imam al-Syafi’i
Muhammad Muhajirin dan Ilmu Falak
Ilmu falak merupakan salah satu ilmu yang cukup mendapatkan perhatian khusus dari KH. Muhammad Muhajirin.
Ilmu ini menuntut kecekatan mata dan kemampuan berhitung.
Kiai Muhajirin belajar ilmu falak secara langsung kepada sanga maestro ilmu falak Indonesia, yakni Syeikh Mansyur bin Abdul Hamid al-Falaky (Guru Mansyur).
Setelah memperdalam ilmu Falak kepada Guru Mansyur, Kiai Muhajirin langsung mempraktekkan keilmuan yang didapat dari gurunya tersebut untuk melakukan ru’yatu hilal di kampung halamannya yaitu Kampung Baru Cakung sekitar pada tahun 1930-an.
Keilmuannya tersebut melahirkan gagasan berupa pondasi pemikiran lahjah falakiyah.
Cikal bakal pondasi pemikiran lajnah falakiyah yang telah diletakan oleh Kiai Muhajirin hingga saat ini menjadi salah satu referensi penting dalam dunia ilmu falak di Indonesia, khususnya dalam menetapkan tanggal awal bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. []