Mengenal Enam Nikmat Duniawi

 Mengenal Enam Nikmat Duniawi

Amalan Doa agar Cepat Jadi Orang Kaya (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih kepada Allah, sebagai pernyataan senang dan lega atas nikmat yang diberikan-Nya. Allah berfirman dalam surah Ibrahim ayat 7:

“… Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim ayat 7)

Bersyukur adalah kunci hidup, di mana seseorang menerima pemberian Tuhan dan merasa itu adalah pemberian terbaik-Nya. Tidak sedikit seorang muslim lalai bersyukur, atau terkadang melakukan syukuran ketika sudah mendapatkan rezeki yang banyak.

Padahal nikmat yang Allah berikan tidak melulu materi dan banyak sebagaimana pendapat Bazzar Jamhar. Ia mengatakan ada enam hal yag menyamai seluruh kenikmatan dunia sebagai berikut, agar kita bisa muhasabah diri dalam bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.

Makanan yang Lezat

Semua orang ingin makan makanan yang lezat setiap hari, namun tidak semua orang mendapatkan kenikmatan ini. Ada yang telah bekerja banting tulang tetapi tetap tidak berhasil menyantap makanan lezat melainkan hanya sebatas makan agar kenyang, makan seadanya, sedapatnya.

Makanan lezat yang dimaksud tentu adalah makanan yang halal dan baik. Sebagaimana firman Allah yang termaktub dalam surah al-Maidah ayat 88: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu … Jadi, tidak boleh asal makan, asal kenyang saja.

Keturunan yang Salih

Ketika menikah, semua pasangan berdoa agar dikaruniai anak yang baik, salih, salihah, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Tetapi, berdoa saja tidak cukup, orangtua masih perlu mendidik anak-anaknya. Ketika orangtua amat sibut bekerja, biasanya mempercayakan anaknya kepada orang lain.

Memasukkan anak-anaknya ke pondok pesantren, misalnya, agar sang anak mendapat pendidikan yang baik hingga jadi anak salih atau salihah. Di mana pondok pesantren masyhur sejak zaman penjajahan sebagai lembaga pendidikan tertua dan terbaik di Indonesia. Ialah lembaga pendidikan yang mengutamakan pendidikan akhlak dan kajian-kajian keagamaan.

Istri yang Salihah dan Taat

Quraish Shihab menyatakan bahwa jodoh itu rezeki, perlu dicari. Inilah pentinya mencari. Di mana seseorang bisa menikah dengan memilih pasangan yang salihah dan taat.

Sebab, dengan mencari, seseorang dapat melihat pribadi calon istrinya. Seperti halnya mengetahui kegiatan sehari-hari dan akhlak terhadap sesama.

Ucapan yang Konsisten

“Ajining diri ono ing lathi”, makna kalimat itu kurang lebih “berharganya diri kita berasal dari ucapan kita”. Sebab itu, ada hadis yang mengingatkan agar menjaga ucapan: maka berbicalah yang baik atau lebih baik diam.

Sebagai contoh, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Sedangkan fitnah itu muncul karena ucapan seseorang. Begitu berbahanya lidah kita.

Perbuatan itu harus sesuai, selaras, dengan ucapannya. Orang yang kelakuannya baik, sopan santun, ramah, tetapi ucapannya sering marah-marah juga ada di sekeliling kita. Sebaliknya, ada orang yang tampilannya nakal, kasar, justru ucapannya baik dan ramah.

Kesempurnaan Akal

Manusia adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang mempunyai akal. Dengan akal, manusia dapat melihat dan memahami lingkungan. Dengan akal, manusia pun bisa melakukan tipu daya, kelicikan, dan seterusnya.

Imam Ghazali mengemukanan bahwa akal itu sumber, peneliti, dan dasar ilmu. Ilmu itu berproses berdasar akal, seperti halnya buah berproses dari pohon, atau cahaya berdasar matahari, atau proses penglihatan bersumber dari mata.

Bagaimana akal tidak mulia, akal adalah media untuk mendapatkan kesuksesan dunia dan akhirat, bukan? Ingat, syarat wajib salat di antaranya adalah berakal sehat.

Kesehatan Badan

Ada sebuah hadis yang mengatakan bahwa ada dua nikmat yang sering menipu, yakni sehat dan waktu luang. Setiap orang pasti ingin sehat selalu karena ketika sehat, rasanya begitu nikmat.

Ketika sehat sehingga bisa melakukan berbagai aktivitas. Tetapi bisa menipu tatkala digunakan tidak sesuai, seperti maksiat.

Pencuri, pencopet, itu bisa beraksi karena sehat. Pelaku pemerkosaan, penganiayaan, itu juga terjadi karena pelaku sehat. Sebab itu, tatkala Allah memberikan nikmat sehat jasmani, sebaiknya nikmat itu digunakan untuk melakukan sebanyak-banyaknya amal salih, baik itu saleh kepada Allah maupun sesama makhluk.

Sesuatu yang bersifat duniawi adalah fana, tipu daya. Seandainya kita tidak paham nilai positifnya, bisa jadi kita terpeleset ke dalam siksa api neraka karena hal negatif. Mari biasakan bersyukur atas anugerah nikmat yang Allah berikan dengan cara menggunakannya di jalan yang baik, amal salih.

Ahmad Sangidu

IDU AHM, santri di Pondok Pesantren An Nur Ngrukem Pendowoharjo Sewon Bantul. Aktif di berbagai komunitas literasi, salah satunya Rumah Membaca Indonesia. Beberapa tulisannya bisa dibaca online di beberapa media. Kontak dengannya bisa melalui email : ahmadsangidujogja@gmail.com

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *