Meneladani Semangat Menuntut Ilmu dari Imam At-Thabari
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Siapa yang tidak mengenal Imam At-Thabari, sosok ulama besar yang karyanya banyak menjadi rujukan umat Islam.
Mufasir yang memiliki nama lengkap Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kasir bin Galib At-Thabari Al-Amuli ini lahir di Thabaristan pada tahun 224 H (838-839 M).
At-Thabari tumbuh dan berkembang di lingkungan yang memberikan perhatian besar terhadap pendidikan.
Ayahnya merupakan seorang ulama dan pecinta ilmu sehingga selalu memotivasi imam At-Thabari untuk menuntut ilmu.
At-Thabari memiliki kecerdasan yang luar biasa. Di usianya yang baru menginjak tujuh tahun, ia sudah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz.
Di usia delapan tahun, At-Thabari mampu menjadi imam salat dan sudah menulis hadis pada usia sembilan tahun.
Semangatnya yang tinggi dalam menuntut ilmu sudah terlihat di usia remaja. Pada masa itu jika seseorang ingin belajar suatu ilmu, maka harus mendatangi guru yang ahli di bidangnya dan belajar selama beberapa kurun waktu.
At-Thabari pun memulai perjalanan keilmuannya pada tahun 236 H pada usia 12 tahun. Awalnya beliau menuntut ilmu di kota kelahirannya yaitu Amul. Kemudian beliau mulai mengembara dari satu kota ke kota lain dalam rangka menuntut ilmu.
Perjalanan pertamanya menuju salah satu kota di Iran yamg bernama Ray. Di kota ini At-Thabari berguru kepada Muhammad bin Humayd Ar-Razi belajar ilmu hadis pada usia 17 tahun.
Setiap harinya ia disibukkan dengan ilmu pengetahuan bahkan ketika beliau makan. Beliau terus mencari majlis ilmu dan menemui para ulama.
At-Thabari menyusuri negara Irak, Kufah, Khurasan, Syam, Mesir dan Bagdad. Beliau tidak peduli dengan jarak dan rasa lelah yang ia rasakan selama di perjalanan.
Tak jarang At-Thabari mengalami kesusahan dan kelaparan di tengah perjalanan. Dikisahkan bahwa beliau pernah menjual beberapa helai pakaiannya untuk membeli makanan karena terlambat mendapat kiriman bekal dari orang tuanya.
Hari-harinya dihabiskan untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu. Tidak heran jika ia menguasai berbagai bidang keilmuan dan berhasil menulis banyak kitab.
At-Thabari menguasai ilmu tafsir, sejarah, ilmu Alquran, ilmu hadis, ilmu bahasa, fikih, ilmu nahwu dan berbagai ilmu lainnya. Tidak ada informasi pasti mengenai berapa jumlah kitab yang telah ditulis oleh At-Thabari.
Khatib al-Baghdadi dari ‘Ali bin Ubaidillah al-Lughawi as-Samsi menyebutkan bahwa At-Thabari aktif menulis selama 40 tahun dengan perkiraan 40 lembar setiap harinya. Diperkirakan selama 40 tahun beliau telah menulis sebanyak 1.768.000 lembar.
Selain terkenal dengan keluasan ilmunya, At-Thabari juga dikenal dengan sifatnya yang jujur, ikhlas, zuhud, qana’ah, wara’, dan amanah.
Suatu ketika seorang menteri meminta At-Thabari menulis kitab tentang fiqih, lalu beliau mengarang kitab kitab Al-Khafif. At-Thabari mendapat banyak kiriman hadiah dan tawaran jabatan menjadi qadhi namun beliau menolaknya. Banyak pujian yang ditujukan para ulama kepada beliau.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang tekun menuntut ilmu bahkan di usianya yang tak lagi muda. Saat beliau sakit, serombongan orang datang menjenguknya dan membacakan do’a.
Thabari mengambil kertas dan tinta untuk mencatat do’a tersebut. Baginya usia tua tidak menghalanginya untuk tetap beribadah dan menuntut ilmu.
Pengarang Kitab Tafsir Jami’ul Bayan Fi Ta’wili Alquran ini membujang sampai akhir hayatnya dan meninggal pada Hari Senin, 27 Syawal 310 H atau 27 Februari 923 M dalam usia 85 tahun. Sampai saat ini karya-karya At-Thabari banyak menjadi rujukan umat Islam.
Kita melihat betapa besarnya perjuangan ulama-ulama terdahulu dalam menuntut ilmu. Di tengah segala keterbatasan yang ada, mereka tetap bersemangat mempelajari banyak ilmu.
Berbeda dengan generasi sekarang ini yang banyak diberikan kemudahan dalam mengakses ilmu.
Ilmu pengetahuan dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Seharusnya hal tersebut lebih memotivasi kita agar lebih giat lagi dalam menuntut ilmu.
Kisah perjalanan intelektual At-Thabari tersebut dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi muda masa kini untuk lebih bersemangat dalam menuntut ilmu.