Membincang Sejarah Pencetakan Alquran di Eropa

 Membincang Sejarah Pencetakan Alquran di Eropa

Kisah Amru bin Utbah tentang Keistimewaan Al-Qur’an (Ilustrasi/Hidayatuna) (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sejarah pencetakan Alquran juga turut berkembang seiring semakin majunya sejarah Islam.

Sejak diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, sejarah Alquran dimulai dan terus berlanjut hingga kini.

Termasuk dalam pembahasan mengenai sejarah Alquran ialah penulisan, pencetakannya hingga lingkup historis lain yang mengelilinginya.

Berikut ini uraian mengenai sejarah pencetakan Alquran di Eropa yang menarik untuk ditelisik.

Alquran Cetakan Venice/Venus (1537/1538)

Mayoritas sarjana muslim maupun non-muslim sepakat bahwasanya pencetakan Alquran pertama terjadi di Venice atau Venesia.

Sejarah pencetakan Alquran di Eropa dimulai di Kota Venesia, sebuah kota di utara Italia, Ibukota dari Veneto.

Alquran pertama kali dicetak di Venesia menggunakan mesin cetak jenis the moveable type.

Jenis mesin cetak yang ditemukan oleh Johannes Gutenberg pada sekitar 1440 M di Mainz, Jerman.

Orang yang pertamna kali melakukan pencetakan tersebut adalah Paganino dan Alessandro Paganini.

Keduanya merupakan anak dan ayah serta ahli pencetakan dan penerbitan pada sekitar 9 Agustus 1537 dan 9 Agustus 1538.

Sayangnya, Alquran cetakan Venice ini tidak diketahui keberadaannya selama berabad-abad lamanya dan diduga telah hilang.

Hal ini menimbulkan banyak spekulai, di antaranya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Regis Blechere yang mengatakan bahwa Alquran cetakan Venice ini telah dibakar atas perintah Paus Gereja Katolik pada saat itu.

Pendapoat yang kedua, yakni dari Fred Leemhuis, mengatakan bahwa pencetakan Alquran edisi Venice ini tidaklah sukses.

Namun seluruh spekulasi tersebut runtuh ketika Angela Nouvo menemukan kopian dari cetakan Venice tersebut di Perpustakaan Fransiscan Friars of San Michele di Isola, di Venice pada tahun 1980-an.

Setidaknya ada dua sarjana yang memiliki Alquran kopian cetakan Venice.

Dalam sejarah disebutkan bahwa sesungguhnya Alquran cetakan Venice oleh Alessandro Paganini pernah hendak dijual kepada kekaisaran Ottoman.

Namun ketika ia pergi ke Istanbul untuk menjualnya, pihak Ottoman tidak menyambutnya.

Hal ini disebabkan kaerena Ottoman menganggap bahwa Alquran adalah teks suci, sedangkan Alessandro adalah seorang kafir.

Selain itu terdapat banyak sekali kesalahan dalam pencetakan Alquran tersebut sehingga menimbulkan reduksi makna.

Mushaf cetakan Venice ini terdiri dari 71232 lembar, tidak bernomor (berhalaman), tidak memiliki tanda-tanda, print area nya 203-130 mm.

Jenis huruf yang digunakan adalah Arabic Kursif.

Jenis tinta yang digunakan hamper mirip dengan Briquet 2528 yang sangat umum digunakan di Republik Venesia pada abad XV dan XVI, namun sudah jarang digunakan setelah abad XV.

Alquran Cetakan Hamburg

Pencetakan Alquran selanjutnya dilakukan oleh Abaraham Hinckelmann (1652-1692), seorang kepala Pastor di Hamburg.

Ia memeperoleh pendidikan istimewa di Oriental Studies, Wittenberg, dari 1668-1672. Teks Alquran.

Kemudian muncul dan dicetak dengan judul Alcoranus s.lex Islamitica Muhammadis, filii Abdallae Pseudoprophetae serta diberi kata pengantar dengan Bahasa Latin.

Alquran cetakan ini tidak dilengkapi dengan terjemahan karena memang ditujukan untuk penelitian filologi semata.

Selanjutnya pada tahun 1698, Alquran edisi ini dicetak lagi dan diberi terjemahan dalam Bahasa Latin, dicetak oleh Ludovico Maracci (w.1700 M).

Alquran cetakan Ludovico ini lebih dikenal dengan Alcorani Textus Universus.

Alquran edisi ini kemudian diterbitkan lagi oleh seorang ahli Teolog Protestan bernama Christian Reineccius (w. 1753 M).

Alquran tersebut dicetak dengan bentuk yang lebih kecil (handy octavo edition) di Leipzig dengn judul Muhammedis filii Abdallae Pseudo-Prophetae Fides Islamitica, i.e al-Coranus.

Alquran Cetakan St. Petersburg

Hampir satu abad kemudian setelah cetakan Hamburg munculah cetakan Alquran yang spesial pada tahun 1787 di St. Petersburg.

Setelah perdamaian Küçük Kaynarca,33 sehabis perang Rusia-Turki (1768-1774), sejumlah wilayah Turki jatuh di kekuasaan Rusia.

Dalam kondisi ini, Yang Mulia Ratu Rusia Tsarina Catherine II (w. 1796)

menyuruh agar Alquran dicetak dengan tujuan politis.

Sebagai sikap toleransi keagamaan, Ratu Tsarina Caherin II ingin agar keturunan Muslim

Turki mudah mengakses kitab suci tersebut. Alquran cetakan ini di-tahqiq oleh sarjana-sarjana Islam dan diberi kutipan-kutipan keterangan dari kitab-kitab tafsir.

Kemudian edisi ini dicetak lagi pada tahun 1789, 1790, 1793, 1796 dan 1798.

Alquran Cetakan Leipzig

Pada tahun 1834, Alquran dicetak di Leipzig dan diterjemahkan oleh orientalis Jerman, Gustav Flügel37 dengan judul Corani texn Arabicus.

Mungkin cetakan Alquran yang lebih baik tinimbang edisi-edisi yang dicetak orang-orang Eropa sebelumnya.

Edisi ini dilengkapi dengan concordance (pedoman penggunaan) Alquran yang dikenal dengan Flugel edition.

Edisi ini kemudian dicetak lagi pada tahun 1841, 1855, 1867, 1870, 1881 dan 1893. Edisi ini digunakan oleh para sarjana Barat hingga cetakannya yang diproduksi di dunia Islam menyebar secara luas hingga setelah Perang Dunia I.

Namun edisi ini dinilai masih memiliki banyak kecacatan, terutama pada sistem penomeran surah yang tidak sesuai dengan yang digunakan umat Islam umumnya.

Demikian uraian mengenai sejarah pencetakan Alquran di Eropa.

Lutfi Maulida

Saat ini aktif di Komunitas Puan Menulis dan Komunitas Santri Gus Dur Yogyakarta. Perempuan yang menyukai bacaan, film/series dan kuliner. Dapat disapa melalui Instagram @fivy_maulidah dan surel lutfimaulida012@gmail.com

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *