Masjid Tua Al Wahhab Kebangggan Masyarakat Bontang

 Masjid Tua Al Wahhab Kebangggan Masyarakat Bontang

HIDAYATUNA.COM – Masjid Al Wahhab di Kota Bontang, Kalimantan Timur yang sudah berdiri sejak 200 tahun merupakan simbol sejarah Kota Bontang. Bahkan perkembangan Islam di Kalimantan Timur juga tidak lepas dari peran masjid tua yang berdiri di sisi sungai api-api ini atau lebih dikenal dengan nama Bontang Kuala.

Masjid ini berdiri pada tahun 1789 Masehi saat masa kejayaan Kesultanan Kutai Ing Martadipura yang berpusat di Tenggarong. Banyak cerita tentang masjid tua ini saat kondisinya tak terurus dan nyaris roboh.

Pintu gerbang yang berbentuk gapura tersebut memiliki atap berupa tiga buah kubah yang saling bersandingan. Kubah yang di sebelah tengah bentuknya lebih besar dari dua kubah lain yang ada di sisi kiri-kanannya.

Jalan Piere Tendean Kelurahan Bontang Kuala, tampak tak ada yang berbeda dari masjid pada umumnya. Menuju masjid, jemaah harus melewati jembatan ulin, yang di namai pengurus sebagai jembatan titian Shirataal Mustaqim.

Berbeda dengan bentuk bangunan utama masjid yang berarsitektur semi-Hindu dengan atap bersusun, kubah- kubah yang berwarna keemasan ini cenderung mengadopsi bentuk bangunan di Timur Tengah. Masjid Al Wahhab terlihat memiliki arsitektur seperti halnya Masjid Agung Demak, hanya saja ukurannya lebih kecil. Atapnya yang bersusun telihat menjulang di tiga tempat

Salah satunya karomah dari masjid ini yang kerap mengeluarkan cahaya pada malam hari. Padahal di sekitar lokasi masjid ini tak ada cahaya, tak ada penduduk. Bahkan kadang-kadang terdengar adanya suara takbir.

Takmir Masjid Al-Wahab menjelaskan, menurut cerita secara turun temurun, masjid ini didirikan setelah sejumlah perantau dari Suku Bajau, Bugis dan Kutai menemukan lahan yang tepat untuk bercocok tanam.

Kesultanan Kutai Ing Martadipura kala itu juga memberikan tanah kepada para perantau ini untuk mengelola lahan. Karena kebanyakan perantau ini adalah muslim mereka kemudian mendirikan masjid persis di sisi sungai spi-api yang bermuara ke Selat Makassar. Sungai ini dulunya lebar dan dalam, airnya juga jernih.

Namun seiring waktu akibat peningkatan aktivitas manusia, sungai mengalami pendangkalan dan penyempitan. “Kabar berdirinya masjid ini kemudian menyebar. setiap shalat Jumat, banyak jamaah dari jauh yang datang dengan menggunakan perahu. Bahkan mereka datang dari Kutai Timur yang jaraknya lebih dari 100 kilometer dari sini”.

Kini setelah beberapa kali renovasi, masjid Al Wahhab telah menjadi kebanggaan warga kota Bontang. Masjid ini sempat tak terurus sejak tahun 1960. Perkembangan penduduk membuat kebanyakan warga memilih bermukim di daerah lain, meninggalkan kawasan pesisir pantai. Masjid ini kemudian kehilangan jamaah sehingga tak digunakan.

Masjid bersejarah ini bahkan nyaris roboh. Dinding yang terbuat dari papan kayu mulai kropos. Demikian pula atapnya yang terbuat dari ulin tampak menghilang di beberapa bagian.

Kesan angker terasa kuat karena masjid ini dikelilingi rawa dengan rerumputan yang tinggi. Saat tak terurus itulah masjid ini seolah memanggil minta diperbaiki. Banyak kejadian mistis terjadi saat warga melintas di dekat masjid ini.

Saat melintas, masyarakat sering mendengar suara adzan, kemudian pada malam hari tampak bercahaya. Padahal di sekitar lokasi masjid tak ada cahaya, tak ada penduduk. Kadang-kadang bahkan ada suara takbir.

Ada juga yang mendengar banyak kegiatan di masjid ini. Seolah-olah sedang ada kegiatan pengajian yang mensyiarkan agama Islam. “Ini menandakan bahwasanya masjid ini sakral, bahwa masjid ini keramat. Itu pertanda masjid ini dibangun bukan oleh orang-orang yang sembarangan. Masjid ini dibangun oleh aulia maupun ambia. Ini jadi semacam pertanda bagi kami bahwa masjid ini harus tetap dipertahankan.

Kemudian pada Tahun 2002, berkat inisiatif warga dengan dibantu Pemerintah Kota Bontang, proses renovasi dilakukan. Warga sepakat untuk tidak mengubah bentuk asli masjid. Empat pilar utama yang berdiri kokoh di tengah masjid adalah peninggalan masjid lama. Hanya ada penambahan di sisi masjid untuk kegiatan jamaah termasuk menara masjid.

Semuanya kita pertahankan. Bentuk asli hingga atap kita pertahankan. Bagian utama masjid kita perbaiki dengan kayu ulin, kayu asli Kalimantan. Kayu yang dulu juga dipakai untuk membangun masjid ini.

Bangunan utama masjid terdiri dari tiga bagian. Bangunan paling depan merupakan serambi masjid, lalu di bagian tengah terdapat ruang utama masjid, dan pada bagian ujung terdapat mimbar masjid. Ukuran serambi masjid kira-kira 12 x 12 meter persegi, sama dengan ukuran ruang utama di sebelah dalam masjid. Ruangan utama masjid berhubungan langsung dengan mihrab yang ukurannya kurang lebih 4 x 4 meter persegi.

Di samping kiri dan kanan terlihat tulisan kaligrafi surat al-Ikhlas dan surat al-Fatihah yang diukir dengan tulisan emas. Dengan latar belakang warna coklat asli kayu ulin kuno, tulisan berwarna emas itu tampak menyala dan mudah dibaca. Secara keseluruhan ruangan sebelah dalam masjid dan ruangan mihrab didominasi oleh warna coklat yang merupakan warna asli kayu ulin yang digunakan untuk membangun masjid.

Jika dilihat dari sisi arsitektur, masjid ini dibangun dari beragam bangunan masjid di Indonesia. karena perantau yang datang berasal dari beragam suku, maka arsitektur masjid ini juga mengadopsi banyak arsitektur masjid.

Arsitektur masjid ini mengadopsi dari beberapa arsitektur masjid di Indonesia. Ada Demak, Bugis, Kutai dan Banjar. Jadi kita ini bangunan yang merupakan simbol keragaman suku yang disatukan dalam Islam.

Akhirnya pada tahun 2002 lalu, berkat inisiatif warga dibantu pemerintah Kota Bontang. Proses renovasi pun dilakukan. Warga sepakat untuk tidak mengubah bentuk asli masjid, yakni empat pilar utama yang berdiri kokoh di tengah masjid.

Dikarenakan nilai sejarah inilah, Kementerian Agama RI akhirnya pernah melakukan kunjungan langsung ke masjid tua ini. Dan Masjid Al Wahhab masuk dalam direktori masjid bersejarah di Indonesia.

Saat bulan suci Ramadhan tiba, kegiatan di Masjid Al Wahhab cukup padat. Pengurus masjid mengadakan ikhtikaf, dan menyediakan makanan buka puasa bagi seluruh Jemaah.

Setelah direnovasi, masjid tua ini kemudian menjadi kebanggan warga Kota Bontang. Sebab dengan hadirnya masjid sebagai tonggak sejarah berdirinya kota, warga merasa kota ini memiliki simbol keislaman sehingga menjadi kota yang agamis.

Aktivitas keislaman di masjid ini juga cukup lengkap yang bisa diikuti jamaah. Pada bulan puasa, pengurus masjid mengadakan itikaf dan menyediakan makanan sahur secara gratis.

Karena sejarahnya inilah, Kementerian Agama sudah melakukan kunjungan langsung ke masjid tua ini. nantinya, masjid ini akan masuk ke dalam direktori masjid bersejarah di Indonesia.

Kota Bontang adalah kota kecil yang berpenduduk hanya sekira 150 ribu jiwa dan memiliki luas tidak sampai 500 KM persegi. Kota ini lebih dikenal sebagai kota industri karena berdiri perusahaan gas alam cair dan perusahaan pupuk berskala dunia. Kota ini merupakan sebuah kota kecil di pesisir timur Pulau Kalimantan.

Kota ini sebelumnya masuk ke dalam Kabupaten Kutai, dan dulu merupakan wilayah Kesultanan Kutai Ing Martadipura yang berpusat di Tenggarong.

Sumber:

  • Keramat Al Wahab Simbol Sejarah Bontang, daerah.sindonews.com
  • Masjid Al Wahhab, 228 Tahun Saksi Sejarah Islam, pktvbontang.com
  • Masjid Kuno Penuh Kenangan Sejarah di Kota Bontang, igi.or.id

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *