Kisah Perjalanan Imam Abu Hatim Mencari Ilmu

 Kisah Perjalanan Imam Abu Hatim Mencari Ilmu

Apa Manfaat Mempelajari Ilmu Kalam? (madina365.com)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Dalam kitab Muqaddimah Al-Jarh wa At-Ta’dil, Al-Hafizh Imam Ibnu Abi Hatim Ar-Razi menceritakan biografi orang tuanya yaitu Imam Abu Hatim Muhammad bin Idris Ar-Razi yang dilahirkan pada tahun 195 H dan wafat pada tahun 277 H.

Beliau menceritakan perjalanan orangtuanya dalam mencari ilmu pada halaman 359 dalam kitab tersebut.

Ibnu Abi Hatim mengatakan; aku mendengar ayahku berkata,

“Pertama kali aku keluar untuk mencari hadits yaitu melakukan perjalanan selama tujuh tahun. Aku hitung langkahku ketika berjalan kaki lebih dari seribu farsakh. Aku terus menerus menghitung, hingga setelah lebih dari seribu maka aku berhenti.”

Adapun perjalananku dari Kufah ke Baqhdad tidak aku hitung berapa kali, sedangkan dari Makkah ke Madinah sudah berkali-kali.

Aku juga pernah melakukan perjalanan dari lautan dekat kota Sala (yaitu di daerah ujung bagian Barat) menuju Mesir dengan berjalan kaki. Dari Mesir sampai Ramallah juga dengan berjalan kaki.

Selanjutnya dari Ramallah menuju ke Baitul Maqdis. Selanjutnya dari Ramallah menuju Asqalan. Selanjutnya dari Ramallah menuju Thabariyah.

Selanjutnya dari Thabariyah menuju Damaskus. Selanjutnya dari Damaskus menuju Himsha. Selanjutnya dari Himsha menuju Anthakia, dan dari Antakia menuju Tharsus.

Selanjutnya aku kembali dari Tharsus menuju Himsha. Masih tersisa untukku satu hadits dari Abu Al-Yaman sehingga aku mendengar darinya. Selanjutnya aku pergi dari Himsha menuju Baisan, dan dari Baisan menuju Ar-Raqqah, dan dari Ar-Raqqah aku naik kapal di atas sungai Furat menuju Baghdad.

Aku lalu meneruskan perjalanan dari Wasith sampai Nil sebelum aku sampai ke Syam. Kemudian dari Nil ke Kufah.

Semua itu aku lakukan dengan berjalan kaki. Inilah perjalananku pertama dalam mencari hadits yang ketika itu aku berusia dua puluh tahun. Aku berjalan selama tujuh tahun.

Aku keluar mulai dari Ar-Ray pada tahun 213 H di bulan Ramadhan dan kembali pada tahun 221 H.

Pada kali yang kedua aku melakukan perjalanan pada tahun 242 H dan pulang pada tahun 245 yaitu selama tiga tahun.

Pada saat itu usiaku sudah 47 tahun”. Begitulah kisah dari Imam Ibnu Abi Hatim,  semoga kita bisa ambil hikmah dan pelajarannya []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *