Kisah Imam Baqi bin Mikhlad dan Keutamaan Mencari Ilmu

 Kisah Imam Baqi bin Mikhlad dan Keutamaan Mencari Ilmu

Apa Manfaat Mempelajari Ilmu Kalam? (madina365.com)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Inilah kisah yang menunjukkan betapa para ulama salaf itu sangat mementingkan ilmu. Walaupun harus berdarah-darah, mereka akan tetap mencari ilmu.

Perjuangan mereka mencari dan menegakkan ilmu agama ama Islam tidak akan terhalang oleh ganasnya ujian. Demikian yang dilakukan oleh Imam Baqi bin Mikhlad ketika mencari ilmu.

Dengan berjalan kaki, Imam Baqi bin Mikhlad berangkat dari Andalusia menuju ke Baqdad untuk bertemu dengan Imam Ahmad. Ya, pada masa itu, Imam Ahmad cukup termashur sehingga banyak orang berguru hadis darinya.

Ketika mendekati Baqdad, Imam Baqi bin Mikhlad mendapat informasi bahwa Imam Ahmad dilarang oleh Khalifah Al Makmun untuk mengajar kepada siapapun.

Tentu saja hal itu membuat Imam Baqi bin Mikhlad sedih berkepanjangan karena Imam Baqi bin Mikhlad datang dari negeri yang sangat jauh dengan berjalan kaki tapi Imam Ahmad dilarang untuk mengajar.

Sesampainya di Baqdad, Imam Baqi bin Mikhlad menaruh barang-barang di sebuah penginapan lalu pergi mencari tahu keberadaan Imam Ahmad.

Setelah tahu di mana dapat menemui Imam Ahmad, Imam Baqi bin Mikhlad segera berangkat ke rumah Imam Ahmad.

Setibanya di rumah Imam Ahmad, Imam Baqi bin Mikhlad mengetuk pintu rumah Imam Ahmad.

“Assalamu’alaikum,” kata Imam Baqi bin Mikhlad mengucap salam sambil mengetuk pintu.

Suara seorang laki-laki menjawab dari dalam, “Wa’alaikumsalam.” Lalu pintu terbuka dan terlihatlah Imam Ahmad yang membuka pintu itu.

“Wahai Abu Abdillah,” kata Imam Baqi bin Mikhlad.

“Saya seorang yang jauh rumahnya. Saya seorang pencari hadis dan penulis sunah. Saya tidak datang ke sini kecuali untuk itu.”

“Dari mana engkau, saudaraku?” tanya Imam Ahmad.

“Aku berasal dari Magrib Al-Aqsha,” kata Imam Baqi bin Mikhlad. “Dari Afrika?” tanya Imam Ahmad.

“Lebih jauh dari itu,” jawab Imam Baqi bin Mikhlad.

“Saya melewati laut dari negeri saya untuk menuju ke Afrika.”

“Negara asalmu sangat jauh,” kata Imam Ahmad.

“Tidak ada yang lebih saya senangi melebihi dari pemenuhanku atas keinginanmu. Saya sangat senang mengajari apa yang kamu inginkan. Akan tetapi, saudaraku, saat ini saya sedang difitnah dan dilarang untuk mengajar.”

“Saya telah mengetahui hal itu, wahai Abu Abdillah!” kata Imam Baqi bin Mikhlad.

“Saya tidak dikenal orang di daerah sini dan asing di tempat ini. Jika engkau mengizinkan, saya akan mendatangi engkau setiap hari dengan memakai pakaian seorang pengemis kemudian berdiri di depan pintu rumahmu dan meminta shadaqah dan bantuan. Wahai Abu Abdillah, masukkanlah saya lewat pintu ini lalu ajarkan kepadaku walaupun hanya satu hadis dalam sehari.”

“Saya sanggup,” kata Imam Ahmad.

“Tetapi dengan syarat, engkau jangan datang ke tempat-tempat kajian dan ulama hadis yang lain. Jika kau terlihat di sana, maka mereka akan mengenalmu sebagai seorang penuntut ilmu.”

“Saya terima persyaratan itu, wahai Abu Abdillah.”

Demikianlah, setiap hari Imam Baqi bin Mikhlad mengambil tongkat dan ia pun membalut kepalanya dengan sobekan kain dan memasukkan kertas serta alat tulis di dalam kantong bajunya.

Setelah berpakaian ala pengemis, berangkatlah ia menuju rumah Imam Ahmad dan berdiri di depan rumah beliau.

“Bersedekahlah kepada seorang yang miskin agar mendapatkan pahala dari Allah,” kata Imam Baqi bin Mikhlad ketika berada di depan pintu rumah Imam Ahmad.

Demikianlah, ketika Imam Baqi bin Mikhlad sudah mengucapkan kata-kata itu, maka Imam Ahmad menemui Imam Baqi bin Mikhlad dan memasukkannya ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam rumah, Imam Ahmad mengajari Imam Baqi bin Mikhlad dua, tiga hadis, dan kadang bahkan lebih dari itu.

Dalam beberapa bulan, Imam Baqi bin Mikhlad berhasil mengumpulkan sebanyak 300 hadis dari Imam Ahmad. Setelah Khalifah Al Makmun wafat dan digantikan oleh Khalifah Al Mutawakkil, maka Imam Ahmad diperkenankan mengajar kembali.

Imam Ahmad menjadi terkenal dan berkedudukan tinggi karena Khalifah Al Mutawakkil adalah seorang Khalifah yang membela sunnah.

Majelis ilmu Imam Ahmad semakin ramai dikunjungi pada pen- cari ilmu. Pada saat itu, setiap Imam Baqi bin Mikhlad mendatangi Imam Ahmad di majelis ilmunya, Imam Ahmad memberi tempat khusus untuk Imam Baqi bin Mikhlad yang berada di dekat Imam Ahmad.

Imam Ahmad berkata kepada murid-muridnya, “Inilah orang yang berhak dinamakan penuntut ilmu.”

Ya, perjuangan Imam Baqi bin Mikhlad dalam menuntut ilmu hadis dari Imam Ahmad patut jadikan contoh bagi pembelajar.

Demikian pula, cara Imam Ahmad mengajari Imam Baqi bin Mikhlad juga bisa menjadi contoh bagi para guru. Tidak ada yang mustahil bagi para pembelajar. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *